Senin, 11 Juni 2018
Matahari menyapa. Membangunkan para hamba yang menggeliat malas, mencoba melawan dingin yang melolong-lolong. Dericit burung memecah beku, sisa senyapnya semalam. Entok pun ayam kampung sudah berangkat kerja. Mengais-ngais tanah, mencoba mengadu nasib dengan rezeki yang sudah digariskan oleh Tuannya. Sedang aku masih di sini. Didekap oleh mimpi yang kunjung berakhir. Seakan-akan semua tiada ujungnya.
Bahuku kugerakkan. Mataku kukerjabkan. Mencoba mencari celah yang bisa memasuki ragaku kembali.
"Baik, apa agendaku?"
Aku bertanya pada diriku sendiri. Tidak boleh jika aku melewatkan Senin yang indah ini begitu saja tanpa selangkah lebih maju untuk menggapai semua impian-impian itu. Memang nanti sore ada sebuah agenda buka bersama di rumah pak lik di Dusun Njari, Talun, Kabupaten Blitar. Tapi kan itu sore. Sedang aku masih memiliki beberapa jam yang menungguku untuk digunakan.
"Aroma Karsa belum rampung. Apa harus menuntaskan itu terlebih dahulu?"
Aku menawar pada diriku sendiri. Sepertinya iya. Setelah itu, mencoba mencicip aromanya yang eksotis dengan memroses dan memrosakan sebuah agenda yang masih dalam fase berjalan.
"Bagaimana dengan acara konferensi?"
Aku menepuk dahiku sendiri.
"Ternyata banyak yang harus kuselesaikan."
Aku sadar.
Aku beranjak.
"Malas, tolong ya. Lo gue end. Kita gak boleh dekat-dekat. Aku masih punya banyak PR."
Aku mengakhiri hubunganku dengan si malas.
"This is the start step in my path."
Bahuku kugerakkan. Mataku kukerjabkan. Mencoba mencari celah yang bisa memasuki ragaku kembali.
"Baik, apa agendaku?"
Aku bertanya pada diriku sendiri. Tidak boleh jika aku melewatkan Senin yang indah ini begitu saja tanpa selangkah lebih maju untuk menggapai semua impian-impian itu. Memang nanti sore ada sebuah agenda buka bersama di rumah pak lik di Dusun Njari, Talun, Kabupaten Blitar. Tapi kan itu sore. Sedang aku masih memiliki beberapa jam yang menungguku untuk digunakan.
"Aroma Karsa belum rampung. Apa harus menuntaskan itu terlebih dahulu?"
Aku menawar pada diriku sendiri. Sepertinya iya. Setelah itu, mencoba mencicip aromanya yang eksotis dengan memroses dan memrosakan sebuah agenda yang masih dalam fase berjalan.
"Bagaimana dengan acara konferensi?"
Aku menepuk dahiku sendiri.
"Ternyata banyak yang harus kuselesaikan."
Aku sadar.
Aku beranjak.
"Malas, tolong ya. Lo gue end. Kita gak boleh dekat-dekat. Aku masih punya banyak PR."
Aku mengakhiri hubunganku dengan si malas.
"This is the start step in my path."
Comments
Post a Comment