Lelaki Ganteng Versi Saya

Dalam menilai sesuatu, pandangan seseorang dan orang lain memiliki kemungkinan berbeda, bergantung pada standar yang digunakan. Salah satunya adalah penilaian tentang definisi tampan pada seorang laki-laki.

Pada umumnya, secara dominan, masyarakat (tidak semua) sepakat bahwa ganteng itu berarti tinggi, gagah, kulitnya bersih (tidak harus putih), kul, dan pandai memadukan fesyen (aspek luar).

Menariknya, definisi ini pernah dijabarkan oleh Bapak Basuni, dosen saya ketika duduk pada jenjang S1 kemarin. Sebagai laki-laki beliau lebih tertarik untuk mengurai definisi cantik. Beliau pernah memberikan kisah menarik di dalam kelas. Ketika banyak orang yang mengatakan ini cantik itu cantik, Bapak Basuni berusaha untuk mencari sendiri definisi cantik itu seperti apa sebenarnya. Alhasil beliau melakukan observasi dengan duduk di gerbang kampus, mengamati setiap mahasiswi yang lewat. Setelah sekian durasi (entah satu hari atau dua hari, samar terlupa), pada akhirnya beliau mendapat kesimpulan bahwasanya cantik adalah proporsional antara tinggi dan berat badan. Nah, penilaian ini bisa juga digunakan untuk menentukan standar ketampanan seorang lelaki.

Jika Bapak Basuni lebih mengemas definisi cantik, maka saya cenderung memilih redaksi tampan karena memang bagian itu yang menjadi bidikan, selain saya seorang wanita normal yang tertarik pada lelaki.

Sebagai seorang individu merdeka yang bebas berpendapat, maka di sini tentu sah-sah saja jika saya memiliki definisi tampan yang berbeda dari biasanya. Saya akan menggunakan hak itu untuk mendefinisikan kata tampan, versi saya sendiri.

Bagi saya, definisi tampan lebih dominan pada inner beauty. Kesalehan tentu masuk dalam pertimbangan sebelum saya memberikan judge bahwa seseorang itu tampan. Selain kecerdasan spiritual yang matang, seorang lelaki akan saya sebut tampan jika ia menghiasi dirinya dengan kecerdasan intelektual dan sosial yang mumpuni. (Hehe, ini mah tidak tampan, tapi hebat). Jadi, pada dasarnya, fisik bukan masalah utama, meski masih tetap dipertimbangkan. Saya tidak menafikan casing. Tapi yang lebih utama, jika seorang lelaki memiliki pribadi yang berkarakter, santun, berwira'i, dan terbalut dengan kesalehan dan kemapanan keilmuannya.

Seorang lelaki dewasa yang memiliki kapabilitas sedemikian meski mungkin memiliki rupa yang pas-pasan akan tetap saya sebut tampan. Sebab memang di situ standar yang saya gunakan.

Berbeda lagi dengan anak kecil (standar kecil belum mencapai usia akil balig, kisaran 0-15 tahun). Ketika ada yang memiliki rupa menarik, perpaduan estetik pada bentuk hidung, tulang pipi, mata, alis, bibir, dahi dan rambut, lisan saya juga akan mengutarakan bahwa ia tampan. Sedang yang memiliki perangai sopan, cerdas dalam khazanah keilmuan agama dan pengetahuan yang lain tentu lisanku bilang ia saleh atau pintar.

Nah, khusus untuk anak kecil yang belum balig itu kemungkinan besar standar yang saya gunakan sama dengan kebanyakan orang. Mungkin redaksi paling kentara kontras antara penilaian saya dengan lainnya adalah definisi ganteng pada lelaki yang sudah balig. Tidak lagi saya mengatakan ganteng, kalau tidak memiliki skill seperti itu.

Lalu bagaimana saya menyebut seorang yang sudah masuk dalam usia akil balig namun memiliki nilai estetik dalam tampilan fisiknya dan tidak diimbangi dengan beberapa poin ganteng versi saya? Mungkin istilah 'bagus' bisa menjadi solusi untuk menyebut lelaki seperti itu.

Setelah membahas poin utama ganteng versi saya, saya akan menambah sedikit poin tambahan yang bisa menambah nilai plus kegantengan seorang lelaki. Seperti yang saya jabarkan, saya juga masih mempertimbangkan tampilan fisik, meski bukan poin paling utama.

Saya sangat suka jika ada lelaki yang memiliki ciri fisik khusus. Misalnya memelihara janggut tipis dan berkumis tipis. Rambutnya rapi dan menjaga kebersihan (wujud kesalehan untuk mengamalkan sunnah kebersihan dari Baginda Nabi Muhammad Saw). Paling suka juga jika ada lelaki berbaju koko berkerah, berpeci dan memakai sarung. Rasanya seperti diguyur air segar dari pegunungan Pandaan. Tentu saja saya tidak memaksa 'lelaki saya' (nanti) terus berbusana seperti itu kecuali memang sesuai dengan agenda dan tempatnya. Namun memang ada aura tersendiri jika ada lelaki yang memiliki tampilan fisik seperti itu. Rasanya selalu gemas sendiri. Saya tidak mencantumkan suka memandang lelaki ber-casing seperti yang terejawantahkan di atas, karena memang dalam syariat tidak diperbolehkan memandang penuh nafsu terhadap lawan jenis. Jadi yang saya lakukan menatap sekilas, menunduk dan kadang (atau sering) curi-curi pandang pada orang berpenampilan seperti itu.

Baik, cukup. Sekian definisi ganteng ala-ala saya. Maafkan jika saya banyak khilaf. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk serta memberikan jodoh terbaik, dan tak lupa disegerakan berjumpa dengan jodohnya bagi hamba-hamba-Nya yang sedang dalam proses pencarian. Juga memberikan sakinah mawaddah wa rahmah kepada mereka yang sudah menyempurnakan separuh agamanya. Aamiin.

Ighfirlana.

Bunch of thanks and have a nice day.
Blitar, 22nd June 2018

Comments