Upgrading Teachers

 


Kemarin, tepatnya di hari Sabtu, 08 Agustus 2020, saya mendapatkan kesempatan yang benar-benar luar biasa, yakni mendidik para guru di tempat saya bekerja, untuk upgrade bahasa Inggris beliau semua. Paginya, tepat pukul 03.15, Ustazah Tuti selaku kepala sekolah memberi pemberitahuan kepada saya untuk menyiapkan materi sebagai pendidik dalam agenda Upgrading Teacher. Mulanya, saya sontak kaget. Sebab pemberitahuan begitu mendadak. Saya belum memiliki persiapan apa-apa. Sedangkan saya membaca pesan beliau pada pukul 4.00 pagi.

Seketika hawa panas dingin menguar dari tubuh saya. Pikiran bahwa saya masih ‘junior’ sebagai guru mendadak hadir. Namun, akal saya ajak berkonspirasi dengan hati, bahwa tugas ini adalah tugas mulia. Sekaligus, sebuah tantangan. Bukankah saya suka tantangan? Bukankah sudah biasa saya presentasi di depan Bapak/Ibu dosen, yang beliau adalah dosen yang tinggi keilmuannya, dan bahkan, rekan-rekan studi pascasarjana saya kebanyakan adalah guru dengan background senior lecturer, dan well experienced teacher, sedangkan saya bisa melaluinya dengan penuh percaya diri. Lantas mengapa saat ini saya merasa mengerdil?

Semangat dalam diri saya terpompa. Janin yang saya kandung, saya ajak bicara. ‘Nak, kamu pantas terlahir dari Ibu yang hebat. Berproses dengan Ibu, ya? Dukung Ibu hari ini.’

Program upgrading teacher sebenarnya sudah dibicarakan jauh-jauh hari. Sebagai salah satu pengurus dalam Al-Azhaar English Course (AEC), saya mendapatkan amanah dari Ustazah Tuti, manager AEC untuk meng-handle upgrading teacher. Rencana saya, kemarin Jumat rapat dengan tim pengurus lainnya. Namun ternyata, ada rapat di sekolah yang memakan waktu hingga senja. Akhirnya kami membatalkan agenda rapat, dan akan saya urus hari ini, Sabtu, sepulang sekolah. Tidak dinyana, Ustazah Tuti menghendaki untuk gerak cepat. Meski mulanya cukup bingung, sebab saya belum membagikan survey untuk para guru terkait kebutuhan mereka−saya berencana untuk melakukan riset R&D dengan step awal melakukan need analysis‒ternyata saya diminta untuk langsung gerak. Akhirnya, dengan mempertimbangkan pengalaman saya sebagai wali kelas dan dari hasil observasi tindakan wali kelas lainnya dalam menyampaikan program kepada siswa, saya memilih beberapa materi yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan guru. Dalam waktu singkat, saya berhasil membuat PPT dengan konsep yang saya lakukan semenarik mungkin, seatraktif mungkin.

Selain itu, salah satu cara untuk mengukur pencapaian peserta didik adalah dengan adanya evaluasi. Untuk mengukur itu, langsung saja saya ambilkan podcast dari British Council, sebab apa yang saya butuhkan tersedia di sana, dengan soal dan tampilan yang menarik, namun mengena. Setelah siap, saya cetak di rumah, dengan jumlah total sebelas copy. Mungkin saya akan melakukan konsep pair work terlebih dahulu untuk para guru.

Akhirnya, waktu eksekusi tiba. Dada saya terasa bergemuruh, sebab ini adalah pengalaman pertama saya mengajar langsung di depan para guru, di kandang mereka sendiri. Setelah mendapatkan sambutan dari Ustazah Tuti selaku kepala sekolah, saya akhirnya dipersilakan untuk maju. Saya sampaikan segala hormat kepada para pendidik yang ada di sana, dan saya mengatakan bahwa saya bukan guru di situ, melainkan teman belajar. Saya jujur mengatakan di hadapan beliau semua, bahwa saya sedikit nervous. Namun, setelah mengatakan itu, rasa percaya diri saya semakin berkembang. Akhirnya kami memasuki materi.

Di tengah-tengah berjalannya materi, Ustazah Tuti menanyakan tentang materi yang saya sampaikan, yakni perihal penggunaan Ordinal Number−1st, 2nd, 3rd, 4th, dst− pada penanggalan di bahasa Inggris. Saya sampaikan kepada beliau, sebagaimana mazab Fikih dalam Islam, ada empat mazab utama, maka dalam bahasa Inggris pun ada perbedaan, yakni British, American dan Australian. Yang sering kita aplikasikan di Indonesia adalah American dan terkadang British. Oleh sebab itu, dalam penanggalan pun, saya mengikuti konsep di sana.

Selepas itu, saya melanjutkan materi. Beliau menyampaikan kepada saya untuk menyiapkan latihan, jadi bukan hanya materi. Saya sampaikan, selepas materi penanggalan−sebab dalam sekolah tidak lepas dari tanggal dan hari yang kesemuanya adalah bentuk waktu−sudah saya siapkan exercise untuk para guru. Beliau mengangguk. Saya semakin tersenyum dan percaya diri. Akhirnya, kami tiba pada bagian soal. Aktivitas para guru sungguh luar biasa. Beliau semua menyimak dengan baik, dan memiliki karakter yang beragam, seperti para siswa. Saya berkeliling untuk memperhatikan hasil yang beliau kerjakan. Banyak yang aktif bertanya, dan antusias. Sebab hampir semua selesai, kami akhirnya mengoreksi bersama-sama.

DI layar proyektor saya tampilkan jawaban. Ustazah Anik−WAKA kesiswaan, sosok yang sangat ceria dan penuh percaya diri menyampaikan bahwa beliau yang berpartner dengan Ustazah Yuni−WAKA kurikulum−menyampaikan hasil beliau berdua benar semua. Sebagai pembimbing di depan, saya merasa senang dengan antusias beliau.

Proses mengoreksi adalah proses akhir dalam pertemuan kami kala itu. Setelah worksheet dikumpulkan, saya menutup pertemuan. Puji syukur saya ucapkan kepada Allah yang memberikan kelancaran hari itu. Meski persiapan serba mendadak, alhamdulillah saya rampung. Bapak Ibu guru saya minta untuk menjalankan program One Day One Word−penelitian skripsi saya 2016, yang akan dikumpulkan hapalannya pada setiap pertemuan, yakni hari Sabtu.

Dengan berjalannya program, itu berarti saya harus segera merealisasikan program riset saya. Salah satunya, saya ingin Bapak Ibu memiliki pegangan khusus yang saya olah, dan itu semua berdasarkan kepada kebutuhan mereka. Jadwal harus diolah, dan merampungkan tugas yang belum saya selesaikan. Sebab di depan sana, mungkin tugas baru akan mengantre.

Saya bersyukur dengan kehidupan saya sekarang. Jika mungkin, nasihat para arif nun bijak adalah menyukai, mencintai apa yang kita kerjakan, di situ kita akan mendapatkan banyak sekali hikmah yang Allah persiapkan. Mulanya, jujur, sangat sulit bagi saya untuk menerima takdir ini. Namun, sebagaimana takdirNya yang lain, Allah pasti memiliki rencana terindah. Pun, dengan kehadiran Ananda di dalam rahim saya, menambah semangat dan syukur saya berlipat-lipat. Banyak rekan saya yang belum menikah, belum menemukan jodohnya. Sedangkan sebelum menginjak usia ke 25, saya sudah sah menjadi istri seorang lelaki yang sangat baik. Banyak di luar sana yang tatkala sudah menikah, belum memiliki rumah sendiri, mengontrak rumah di sini dan di sana, bahkan tinggal bersama mertua, namun di sini, meski sederhana, ibu mertua membekali kami dengan rumah yang sangat luas, dan nyaman. Semua kebutuhan kami ada. Banyak di luar sana yang belum mendapatkan pekerjaan di masa pandemi seperti saat ini. Namun, saya sudah mendapatkan prospek kerja yang cukup menjanjikan. Ada saja bentuk rezeki dariNya. Banyak yang jauh dari suami/pasangannya, sebab untuk mengais rezeki, namun alhamdulillah, saya bisa dekat dengan suami, dan rezeki kami lancar. Dan terakhir, ini yang benar-benar membuat saya malu. Yakni banyak yang belum memiliki putra ketika sudah menikah, namun dalam usia pernikahan kami yang baru menginjak bulan ke-enam, Allah berikan anugerah luar biasa untuk kami, ada janin yang akan menjadi buah hati kami, meringkuk di dalam rahim saya.

Fa bi ayyi ala irabbi kuma tukadzdziban?

Penting sekali menerapkan syukur dalam diri saya. Semua yang saya butuhkan telah Allah sediakan. Semoga Allah berkenan mengampuni kita atas ingkar nikmat, dan berkenan untuk menjadikan kita semua sebagai golongan orang yang bersyukur. Bukankah dengan bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat? Dan jika ingkar dari syukur, azab Allah amat pedih? Nikmat dari bersyukur yang paling kentara adalah, keadaan lapangnya hati, dan jernihnya pikiran. Sedangkan azab yang sangat pedih adalah, keadaan hati yang sempit, dan pikiran yang rumit. Kita bisa memilih sesuai dengan iradah kita. Bukankah dalam hidup selalu menghadirkan pilihan? Tinggal kita memilih pilihan apa, dengan konsekuensi seperti apa.

 

Tulungagung, 09 Agustus 2020




Comments

  1. Baru tau ada mazhab ketiga,. Australian,.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebab terpengaruh dari budaya yang ada dan keadaan di sana, akhirnya suatu bahasa memiliki perubahan Mas Fah. Itu sih yang saya dapat dulu 😄

      Delete
  2. Mantap sekali dan inspiratif mbak. Benar, mensyukuri atas apa yg sudah kita peroleh, dan berjuang untuk yg akan kita raih. Itulah cara terbaik menikmati hidup. Dan benar pula, berkeluarga dan memiliki momongan di usia muda akan menjadi pengalaman yg menarik. Saya juga mengalaminya hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat sekali Mas Kamim. 😁 Nderek yang sudah mengecap pengalaman di dalam hal tersebut. Saya turut berbahagia atas hadirnya keponakan baru dari Mas Kamim dan nyonya. Sangat membahagiakan memiliki buah hati ya Mas. 😁😁

      Delete

Post a Comment