Butir-butir Kebahagiaan


 Saya bersyukur hari ini. Meski sejak membuka mata sampai senja saya harus berbaring sebab fisik yang tidak kuat beraktivitas banyak, namun banyak senyuman yang menghias menyapa hati. Mungkin hari ini memang jatah saya untuk selalu tersenyum. Di sela rasa mual dan maaf, muntah beberapa kali, namun saya bahagia. Tidak merasakan sakit ataupun sedih dalam hati. Alasan bahagia saya sederhana. Saya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai saya sepenuhnya, tanpa pamrih dan tulus. Beliau-beliau totalitas dalam merawat saya. Salah satu alasannya, saya yakin sebab berkahnya mengandung si dedek. Adakah kebahagiaan yang melebihi dari itu? 

Sorenya, sekitar pukul empat sore, ibu mertua meminta Mas suami dan saya untuk segera pulang. Sebab saya diminta untuk segera mandi oleh beliau, sejak pagi belum mandi karena ada sensasi gemetar ketika berdiri. Selain itu, saya memiliki jadwal mengajar di malam Minggu. Antara ketar-ketir, bisa ke deretan Pasar Wage untuk mengajar ataukah tidak kira-kira, menimbang fisik yang sedang tumbang. 

Setelah pulang, si Mas suami langsung menuju ke dapur. Beliau mencuci piring dan wajan yang kemarin belum sempat tercuci. Kemudian beliau memasakkan air panas untuk saya mandi, dan disambi mencuci baju. Alhamdulillah proses mencuci baju menggunakan mesin cuci. Jadi meringankan pekerjaan lainnya. Sedangkan saya bersiap-siap untuk mengajar malam nanti, dan sesekali rebahan sembari minum es Wawan. Sedangkan Mas suami makan es krim. Diyakini bahwa minum es krim bisa mengurangi mual, namun saya sedang tidak ingin. Hanya ingin es Wawan, dan malah suami yang meminta es krim. 

Kami memang seperti anak kecil seringnya ketika sedang berdua. Si Mas membuka es krim ketika saya sedang minum es Wawan, dan beliau makan itu di dapur, sembari menunggu air mendidih. Saya menggoda beliau dengan ngalem ala-ala saya, merengek minta es krim beliau. Beliau tidak mau dan berlari, menghindari saya. Jadi, kami berkejaran untuk es krim. Akhirnya si Mas mengalah dan saya mengenainya. Beliau menyuapi saya dengan stik es krim, sedikit sekali. Sengaja, menggoda. Saya protes dengan jumlah es krim yang sangat sedikit. Beliau mengambil suapan lagi, kali ini lebih banyak. Dan cepat-cepat mengambil stik dari mulut saya. Alhasil es krim yang beliau suapkan masih tersisa di stik. Saya protes dengan memukul-mukul beliau pelan. Beliau pun mengambil es krim lagi. Sayangnya saya eneg. Jadi langsung tidak mau disuapi lagi. Akhirnya kami terhanyut dengan es masing-masing. 

Ketika pulang tadi, saya melihat tanaman yang mengering, lantaran kekurangan air. Saya mengatakan kepada si Mas untuk mengambilkan air di ember, dan gayungnya. Akan saya sirami, niatnya. Sebagai sebuah kegiatan sore yang menyenangkan. Namun sayang, si Mas tidak berkenan, dan malah segera meminta saya untuk mandi, sebab air sudah siap. Akhirnya, saya mandi, sedangkan beliau masih riweuh dengan pekerjaan rumah. 

Air hangat segera mengguyur tubuh saya yang hampir seharian dihabiskan untuk berbaring saja. Selepas minum es Wawan, entah mengapa saya merasa mendapatkan energi, sehingga bisa berkejaran dengan Mas, bahkan bisa mandi, meski mandi dengan duduk. Ada sebuah kursi yang sengaja ditaruh di kamar mandi, sebab memasuki trimester pertama ini, saya tidak bisa berdiri dalam kurun yang lama. Seperti yang saya sampaikan tadi, ada rasa gemetaran ketika berdiri terlalu lama. Saya tidak ingin mengeluh. Saya menikmati semua proses luar biasa ini. Bersyukur sebab Allah berkenan menitipkan calon anak di rahim saya. 

Selepas mandi, saya melihat Mas sedang menyiram bunga dengan selang. Astaga, seketika saya berteriak sebab ada bunga yang masih berada dalam tahap benih dan masih tunas, sangat kecil. Mendapatkan debit air sekian CC per detik, tentu bisa merobohkan batang mereka yang masih rapuh. Dugaan saya benar. Saya mengomel kepada beliau. Seketika benih-benih yang di tunggu agar segera tumbuh tumbang ke sana kemari tidak kuat menahan beban air. Ingin marah, tapi beliau sudah menyirami. Rasanya benar-benar gemas. Saya berharap, si benih kuat, semoga masih hidup meski baru mendapatkan hantaman luar biasa. 

Setelah mengomel, saya kembali ke kamar. Menyemprotkan wewangian di kamar yang sudah tidak ditiduri beberapa malam. Wanginya lembut, menghilangkan bau kelembaban yang ada. Saya segera berdandan, dan bersiap untuk mengajar. 

Tiba-tiba, badan terasa gemetaran kembali. Saya ingin tiduran. Akhirnya, selepas saya dandan, saya tiduran sebentar, sembari menatap Mas yang sedang menjemur pakaian kami. Saya benar-benar bersyukur menjadi istri beliau, sesosok lelaki sederhana yang bisa menerima saya, dan rela melakukan pekerjaan pekerjaan perempuan, di kala perempuannya sedang lemah, sebab mengandung janinnya. Saya tidak perlu membeberkan teori feminisme panjang lebar. Beliau yang tidak pernah mempelajari feminis, ternyata malah mampu mempraktikkannya sendiri. Saya salut kepada lelaki menggemaskan yang merupakan pilihan Allah. 

Selanjutnya, sepertinya saya terkena gejala pusing dan mual lagi. Dengan rebahan, akhirnya saya mencoba untuk memikirkan jadwal saya. Sedangkan eman sekali kalau tidak saya hadiri. Akhirnya, saya mengajak siswi kelas XI SMA itu untuk belajar daring. Menggunakan Zoom Cloud Meeting adalah opsi saya, sebab bisa digunakan untuk Share Screen, memaksimalkan pembelajaran. 

Si murid setuju, kami akan melakukan online meeting selama saya masih mual dan kondisi tidak memungkinkan. Saya benar-benar berterima kasih kepadanya. Selain karena jauh, sebenarnya saya sedikit trauma dengan pertemuan sebelumnya. Dia adalah keluarga Chinese, jadi sering ada dupa dibakar di rumahnya, sebagai ritual. Dalam masa normal dan baik-baik saja, sebelum hamil, tentu saya tidak mempermasalahkan itu. Sebab kita memang bhinneka. Namun ketika hamil, saya benar-benar tidak kuat. Daripada merepotkan suami saya dan orang tuanya, akhirnya untuk sementara saya memutuskan untuk pembelajaran daring terlebih dahulu. Alhamdulillah, Allah memudahkan jalannya. Hari ini kami memulai pembelajaran daring. 

Saya selalu bersemangat ketika mendidik siswi saya satu itu. Dia cerdas, teliti dan memiliki kemauan keras untuk bisa. Selain itu, meski dia golongan Chinese, dia benar-benar sopan plus rendah hati. Terhadap saya sebagai guru, saya benar-benar merasa dihargai, diajeni, diikuti, dan dipatuhi. Meski mungkin tidak pernah mendapatkan pelajaran akhlak, namun si siswi mempraktikkannya. Saya salut dengan dia, dan nyaman ketika belajar dengan si siswi. 

Di sini, sebagai seorang pendidik, saya tidak akan membandingkan seluruh siswi saya. Sebab hal paling saya benci adalah dibandingkan dengan orang lain. Saya tidak ingin melakukan hal yang saya benci kepada orang lain.

Keadaan anak didik tentu saja heterogen, dengan latar, motivasi dan potensi yang beragam. Biarlah mereka berkembang dengan proses masing-masing. Saya bertugas untuk mengawasi akhlak dan pencapaian kompetensi mereka. Selalu saya sampaikan. Akhlak adalah hal yang sangat penting lagi mulia. Tanda orang berilmu tinggi adalah dengan ditandai akhlak yang semakin baik. 

Setelah mengajar, Mas suami menengok saya. Sebab warung Mas buka, akhirnya kami tidur di rumah ibu mertua. Ada ruang khusus untuk saya. Masih meladeni para tamunya di warung, dengan saling game, Mas masih menyempatkan untuk ngalem di dekat saya. Kami pun bercanda sebentar. Dan memutuskan untuk makan malam. Ibu mendapatkan gurame tadi, dari salah satu sahabat si Mas, dan menggorengnya. Mumpung lidah tidak terasa pahit dan merasakan nikmat, enak, akhirnya saya mengajak Mas makan. Beliau berkenan. Saya menghangatkan ikan dan membuat sambal lalapan. Dengan nasi hangat yang mengepul, kami berdua kongsi. Mas saya suapi. Kami senang sekali. 

Dan sekarang, sebab sudah larut, yakni pukul 10.29 malam, ini kali ketiga Mas meminta saya untuk tidur dan menaruh gawai. Ah saya ini. Saya menyadari, saya belum menjadi istri yang baik untuk beliau yang sering baik. Demi melihat muka beliau yang masam, saya menarih gawai. Sepertinya saya belum bisa mengirim malam ini. Mungkin besok baru bisa. 

Tidak apa terlambat masalah dunia, terpenting, suami saya rida. Toh itu juga demi kepentingan saya dan si janin. 

Note: Foto diambil di rumah selatan sebelum ke rumah ibu mertua di utara. Salah satu kelebihan Mas suami adalah selalu bisa menghibur saya dan membuat saya tertawa.

Tulungagung, Pondok Mertua Indah

Saturday, August 22nd, 2020

10.30PM


Comments

  1. Semoga Ibu dan Debay sehat selalu sampai persalinan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin ya Allah. Terima kasih doa dan support yang tidak pernah henti ya Aunty Anis. Semoga kebaikan doanya juga berlimpah untuk Aunty 😍😍😍😘😘😘

      Delete

Post a Comment