Survive di Era Serba Gila


Saya penasaran dengan tulisan Yuval Noah Harari, dan rasa penasaran itu berhasil membuat saya membeli buku-bukunya. Rasa penasaran saya bermula ketika banyak rekan-rekan pembaca sekaligus penulis yang membicarakan tentang Sapiens dan Homo Deus, dua karya fenomenal Yuval. Karena tertarik dengan review yang dikibarkan oleh rekan-rekan, saya akhirnya memutuskan untuk membelinya. 

Membaca Sapiens secara mentah di awal-awal membuat saya cukup bingung. Karena materi yang disebutkan tentu mengarah kepada manusia purba, spesies jenis homo yang dikatakan moyang manusia, pun membahas tentang istilah-istilah yang saya ingat, saya mendapatkan itu semua ketika duduk di bangku aliyah, mata pelajaran Sejarah. Saya tidak mengatakan karya itu tidak menarik saya, hanya saja, kiprah keilmuannya berbeda. Saya kurang tertarik di bagian awal, sebab sepaham saya, Yuval meyakini bahwa moyang manusia sejenis kera. Hal itu cukup menganggu saya. Sebab yang saya imani adalah teks agama yang mengatakan bahwa moyang manusia adalah Nabi Adam AS. 

Karena gagal tertarik dengan karya itu, akhirnya saya melompati langsung, membawa saya untuk membaca buku ketiganya, saya melewati Homo Deus dan tertarik membaca 21 Nasihat di Abad 21. Sepertinya ini menarik. Menilik banyak sekali chaos yang hadir selama memasuki dunia milenial ini. 

Akhirnya saya membukanya, membacanya, dan menyetujui ungkapan Yuval. Banyaknya disrupsi serta gelombang besar informasi yang ditumpahkan seperti air bah membuat orang-orang zaman sekarang bingung. Yuval mengatakan manusia saat ini belum siap menghadapi disrupsi semacam ini. Hal ini yang membuat kita kalang kabut, bingung dengan keadaan yang mungkin menggiring pada kekacauan.

Belum lagi jika nanti akan hadir masa di mana teknologi yang mengantongi artificial intelligence, akan menguasai berbagai sektor kehidupan manusia. Manusia memang bisa beralih. Namun tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga ahli. Dan hal ini belum menjawab dan mengentaskan solusi untuk manusia pekerja otot. 

Saya bergidik membaca ramalan-ramalan Yuval. Cukup mengerikan memang. Dan sebagian besar memang benar. Saya merasakan chaos yang mengerikan pra dan pasca pesta demokrasi 2019 silam, dan saat ini masih berlanjut. Belum lagi karena ini memasuki era pandemi, sehingga banyak sekali chaos terjadi. Ada lagi berita SARA yang sangat kental terjadi di USA, George Floyd. Dan kemarin saya membaca sebuah berita mengejutkan, yakni artis India papan atas, Sushant dinyatakan bunuh diri. Hal itu menyeret banyak artis India yang saya gemari, seperti Rhea Chakraborty, Aliaa Bhatt, Kareena Kapoor Khan, Salman Khan, dan beberapa artis lainnya mendapatkan hujatan besar-besaran oleh para netizen. Padahal sebelumnya, mereka adalah penggemar artis-artis itu. Begitu mudah mengubah damai menjadi chaos, mengubah suka menjadi hujatan. 

Saya benar-benar merasa ngeri dengan kehidupan saat ini. Kita akan mengalami ketersesatan pemikiran dan kehidupan jika tidak mengimbangi dengan literasi yang cukup serta pemahaman akidah, iman yang baik. Keduanya adalah pegangan yang patut kita teguhkan semasa hidup. Berliterasi adalah sebuah kebutuhan di masa derasnya informasi saat ini. Kita butuh ilmu yang mendasar dalam memahami kehidupan, sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh arus hoax. Selain itu, mendalami ilmu agama, mengimani, dan mengamalkan adalah kunci lain untuk tetap survive dalam kehidupan ini. Kita butuh jiwa yang kuat, untuk tahan dan tenang dalam menghadapi guncangan hidup. Dan semua itu tidak akan kita dapatkan, kecuali membasuh hati dan mengharapkan rahmat Ilahi. 

Blitar, 25 Juni 2020

Comments

Post a Comment