Akhirnya Menulis: Menyempatkan Waktu di Sela Menjadi Ibu
Kembali membuka laptop untuk
kemudian menuangkan ide yang terwakilkan oleh kata demi kata benar-benar mampu
menghadirkan kebahagiaan kepada saya. Sesederhana itu memang definisi bahagia
bagi saya. Mampu menggeluti hobi selepas bercengkerama dan tumbuh bersama si
kecil merupakan salah satu nikmat lain, yang bisa kembali meningkatkan hormon
kebahagiaan dan melepas penat setelah seharian beraktivitas sebagai ibu rumah
tangga.
Menjadi seorang ibu memang
menguras waktu dan tenaga. Meski kebahagiaan yang hadir benar-benar tidak bisa
diejawantahkan sedemikian rupa. Namun saya menikmati fase ini, momen di mana
Zoya sudah semakin tumbuh, dan baju-baju bayinya sudah banyak yang tidak muat. Dia
juga sudah mengenali siapa ibunya, siapa ayahnya, neneknya, dan orang-orang
terdekatnya. Bayi mungil itu, tumbuh besar dan lincah. Setelah di taruh di atas
ranjang, kemudian ditinggal menoleh sebentar, tubuhnya sudah berguling-guling mengelilingi
kasur. Menggemaskan sekali. Zoya juga sudah bisa tertawa lepas, ketika kami berusaha
untuk ngudang bayi mungil itu. Ah Zoya.
Kehadiranmu benar-benar membawa kebahagiaan dan keceriaan bagi kami.
Sekarang, saya baru mafhum,
mengapa Allah meninggikan derajat seorang ibu, bahkan memberikan kiasan bahwa
sesungguhnya surga berada di telapak kaki ibu. Perjuangan seorang perempuan
dalam merawat anak memang bukan perjuangan yang mudah. Terlebih, ketika masih
harus mengurus kebersihan rumah, memasak, merawat anak, memandikan anak,
menyuapi anak, mencuci baju, menjemur, melipatnya, masyaallah, pekerjaan
seorang ibu rumah tangga tidak terikat jam, akan tetapi mereka harus stand by 24 jam sehari, terlebih ketika
anak masih bayi dan sangat bergantung kepada orang tuanya.
Pada mulanya, saya
mempermasalahkan hal di mana pengasuhan anak full milik perempuan. Mengasuh anak
ada pada kewajiban kedua orang tuanya. Tidak tepat jika pengasuhan anak hanya
dibebankan kepada satu pihak saja. Istilah yang dipakai Bu Bidan Kriwil adalah ‘bikinnya
berdua, mengasuhnya juga harus berdua.’
Keadaan kehadiran anak memang
sebuah momen yang sangat berbeda. Bahkan, ada yang menyampaikan, bahwa “Seorang
ibu ikut terlahir ketika ia melahirkan anak. Sosok ‘ibu’ itu tidak ada
sebelumnya. Namun sebab kelahiran anak, sosok ibu itu ikut terlahir.” Kalimat
tersebut merupakan bukti bahwa menjadi ibu memang sebuah fase yang sebelumnya
tidak pernah dialami oleh seorang gadis, yang mulanya hidup bebas, bisa tidur
pulas, bisa bermain dan keluar mengerjakan hobi tanpa ikatan. Kemudian ketika
perempuan itu mulai merasakan hamil, perubahan fisik dan psikis mulai terjadi,
sampai ketika mereka melahirkan anak, dan mengasuhnya. Kehidupannya yang dahulu
mereka rasakan tidak akan pernah ada lagi. Terutama kepada mereka, perempuan
yang tidak memiliki ART dalam mengasuh anak.
Sebab ketidakterimaan terhadap
keadaan dan kagetnya perubahan hidup yang terjadi, sempat membuat saya
merasakan baby blues. Tidak parah
memang gejalanya, dan memang cenderung singkat, dikarenakan support yang sangat
luar biasa saya dapatkan dari suami tercinta. Sejak hamil bahkan, beliau yang
mencucikan baju saya, karena fisik saya lemah disertai mabok dan mual luar
biasa. Akhirnya saya memutuskan untuk menyepi dan menikmati keadaan itu. Saya masih
ingat tatkala indera penciuman saya meningkat drastis kepekaannya, sampai-sampai
teringat sosok Jati Wesi dan Tanaya Suma dalam Aroma Karsa haha. Betapa menderitanya
mereka, mungkin. Namun akhirnya, suami yang sangat sabar dalam merawat rela
mencucikan baju, bahkan membelikan apapun asal saya doyan makan dan baik
dampaknya untuk janin.
Ketika mengingat proses demi proses itu, membuat saya tersenyum geli. Terkadang, saya merasa gemas dengan diri sendiri, betapa ngalem. Meski begitu, keping-keping itulah yang kemudian menguatkan saya saat ini, memberikan kekuatan untuk bisa berdiri di titik ini, titik syukur dan bahagia. Kehadiran Zoya merupakan salah satu anugerah terbaik dari Allah, amanah terbaik dari-Nya, yang bisa menjadi penyejuk hati, cahaya mata, dan pengobat jiwa.
Meski saat ini, untuk menggarap proses karier yang saya citakan berada dalam tahap nyambi, juga dalam mengerjakan hobi membaca, menulis dan berorganisasi berada dalam prioritas kesekian, saya menikmatinya. Toh Zoya juga akan tumbuh besar. Dia tidak selamanya menggantungkan diri pada ibunya. Semoga ketika momen demi momen kebersamaan ini masih berlanjut, saya bisa menikmatinya, dan mensyukurinya.
Blitar, 20 September 2021
Comments
Post a Comment