Process Oriented

 



Saya benar-benar menanti kesempatan yang hadir kemarin, pada Minggu, 12 November 2023. Mungkin persiapan yang saya lakukan sudah sejak lama, sekitar tahun 2020, di antaranya, saya sudah mulai mencicil membeli buku, mengerjakan soal, dan belajar. Walau skema yang saya lakukan terputus-putus, menilik setiap saat sibuk mengasuh si kecil yang masih bayi, bahkan sejak dalam kandungan, namun saya menikmati prosesnya. Sebuah proses yang membuat saya memahami, bahwa berjuang memang nikmat. 

Saya memang bercita-cita menjadi ASN dengan formasi dosen. Kebetulan di tahun 2021 tidak ada formasi yang dekat dengan Tulungagung, yang ada hanyalah di luar Jawa Timur. Sedangkan jika lokasi jauh dari suami, mas memberikan lampu merah, alias tidak diizinkan. Saya patuh, samina wa athana dan yakin bahwa rencana Allah yang terbaik, meski saya tidak berani menerka apakah itu kelak. Taat kepada suami, selama tidak menentang syariat, bukankah sebuah hal yang perlu dilakukan, supaya Allah sayang. 

Walaupun ibuk bapak bercita-cita semoga ilmu yang beliau bekalkan kepada saya bermanfaat dengan mengajar, misalnya, saya memohon izin untuk mengikuti kesempatan selanjutnya. Menilik beliau berdua semakin sepuh, saya hanya bisa memohon kepada Allah, supaya diberikan kesempatan membahagiakan, membanggakan orang tua di dunia dan akhirat. Tidak lelah saya meminta, ya Rabb, saya ingin sekali mengabdi. Saya ingin memberikan sedikit kebanggaan dan kebahagiaan di hati ibuk dan bapak. Juga sebagai wujud pengabdian ilmu kepada umat dan bangsa. Tidak lelah, tidak henti begitu senantiasa yang saya panjatkan. Pun mas suami saat ini mensupport penuh sebab si kecil sudah cukup mandiri dibanding dahulu saat nduk masih minum ASI saya. 

Karena menerapkan process oriented, maka saya senantiasa berusaha untuk mengambil setiap kesempatan yang ada. Saya pernah dua kali mendaftar DLB di IAIN Ponorogo. Namun terkendala akreditasi jurusan yang minimal B, sedangkan saya C, saya tidak lolos administrasi. Selain itu, saat ada recruitment dosen di kampus UIN Tulungagung. Sebagai wujud ikhtiar, saya pun mendaftarkan diri. Sayangnya belum rezeki. Soal yang muncul dalam tes SKD tidak sama dengan tes CPNS yang saya pelajari. Lebih banyak soal berbasis agama, wawasan kebangsaan dan model lain yang kurang saya kuasai. Saya pun tetap berhusnuzan jika memang tidak di sana, mungkin Allah merencanakan hal lain. Sebagaimana saat saya tidak diterima untuk studi di Malang atau Surabaya, saya malah diterima di Tulungagung. Ternyata, Allah berencana untuk mempersuakan saya dengan guru dan kawan-kawan yang produktif di Tulungagung. Begitu pun kelak, ditempatkan di mana saja, itu berarti yang terbaik menurut-Nya, yang membawa keberkahan, manfaat dan maslahah bagi seluruh pihak, insyaallah. 

Saat ini, sebetulnya saya sedang diajak berjuang bersama Prof. Zainuddin dan kawan-kawan untuk pendirian kampus baru, UMINA. Alhamdulillah izin sepuluh prodi sudah turun. Mengawal proses turunnya prodi, saya juga sempat diajak untuk bertandang ke Tangerang, ke kementerian LLDIKTI wilayah 3 Jakarta pada September 2023  lalu. Perjuangan pendirian UMINA ini juga penuh juang dan peluh. Di usia senja beliau, Prof. Zain masih berkenan untuk merintis sebuah lembaga pendidikan tinggi dengan naungan Kiai Dawami Nurhadi, Kademangan, Kab. Blitar. Proses pembuatan borang, RPS, dan lainnya untuk kampus UMINA sudah dimulai sejak 2022. Saat upload SIAGA pun, beberapa prodi juga mengalami kendala dan perlu revisi berulang. Namun, karena kegigihan, ketelatenan, serta semangat juang dari Prof, yayasan serta kawan-kawan, akhirnya seluruh departemen sudah mengantongi izin di lembaga akreditasi untuk berdiri, tinggal menunggu visitasi universitas, dan insyaallah kami akan mulai beroperasi pada Desember 2023 kelak. Semoga Allah mudahkan, amin. 

Kembali kepada proses perjuangan untuk tes CPNS kemarin. Kali ini adalah kali kedua saya mengikuti tes CPNS. Tes pertama saya ikuti di tahun 2018. Karena kurang belajar, saya tidak lulus di bagian TKP. Nilai saya saat itu TWK 90, TIU 110 dan TKP 143. Untuk kemarin, alhamdulillah lolos passing grade seluruhnya, dengan total nilai 397. Entah bisa masuk perankingan atau tidak, saya lebih memilih sumeleh. Meski dalam tryout sebelumnya saya bisa tembus nilai sampai 426, namun saya tetap bersyukur bisa mendapatkan nilai sekian. 

Untuk tiba di titik tersebut, perjuangannya tidak mudah. Waktu sehari-hari saya habiskan untuk belajar persiapan CPNS. Buku yang saya baca hanya tentang CPNS. Tidak jarang saya mengikuti perkembangan soal FR terbaru di Youtube. Saya juga sempat membeli beberapa paket tryout terbaru untuk latihan. Mas suami juga membelikan buku-buku latihan CPNS terbaru sebagai bekal belajar. Hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan saya senantiasa mencoba mengerjakan soal CPNS. Sampai pada H-1 sebelum tes, saya sudah jengah dengan soal-soal tersebut. Rasanya muak sekali. 

Mendengar suara saya yang demikian, mas menyarankan untuk tidak membawa buku latihan saat tes. Saya pun patuh. Mas menyampaikan jika di lokasi tes, itu adalah waktu ujian, bukan waktu belajar. Saran beliau akhirnya saya pakai.

Tiba di Kampus C UNAIR, saya merasa seperti orang hilang. Saya tiba pukul 08.15 sedangkan tes saya bisa mulai check in pada pukul 14.00. Melihat istrinya lontang-lantung tidak jelas, suami meminta saya mukim sebentar. Akhirnya saya mencari mukim dan mendapatkan Dormitory UNAIR Kampus C sebagai tempat singgah. 

Karena cukup lelah di perjalanan, ditambah ada kamar istirahat, saya memutuskan tidur sebentar selesai mandi agar fresh saat tes. Pukul 13.00, saya terbangun untuk salat jamak Tadhim Zuhur dan Ashar, sebab jadwal check in dimulai pukul 14.00 dan tes dimulai pukul 15.30-17.10. Daripada tertinggal waktu untuk salat, saya memilih untuk jamak saja. Namun sayangnya, saya tidak makan siang. Hanya makan dua biji bak pia yang saya bawa. Saya niati, semoga dua bak pia ini membuat perut saya kenyang dan berenergi. Selesai, saya turun dari lantai sebelas menuju lantai satu. Untuk sampai ke Kampus C lokasi tes, saya diantar oleh security dormitory sebab jarak Dormitory UNAIR Kampus C ke Kampus C UNAIR, seperti mengitari lima kelurahan. 

Tiba di lokasi tes, saya mengajak salah satu peserta berbincang. Ternyata mbaknya berasal dari Banyuwangi dan mendaftarkan diri sebagai dosen manajemen di UNEJ. Selesai, kami masuk untuk menitipkan tas, cek tubuh memakai perhiasan atau lainnya, dan kami diminta untuk memasuki ruang steril. Di auditorium UNAIR, kami disuguhi video tata tertib aturan tes. Saya pun mengajak ngobrol kawan yang duduk di dekat saya. Namanya Elsa, dari Fakultas Kedokteran di UNAIR dan sedang mendaftar di UNAIR. Banyak yang kami bincangkan sebab menunggu jam hingga pukul 15.30 untuk memasuki ruang tes. Salah satunya, dia sudah publikasi ilmiah tembus Scopus bersama dosennya. Saat ini mbaknya juga sedang proses persiapan tes IELTS untuk persiapan tes LPDP jenjang doktor. Senang sekali bisa mengenal Mbak Elsa. Sayangnya, kami tidak bisa bertukar nomor HP sebab di ruang steril hanya KTP dan kartu ujian yang kami bawa. 

Setelah waktu ujian tiba, kami diarahkan untuk memasuki ruang komputer. Layar komputer yang mungkin berukuran 32 inci ditambah tempat duduk yang agak rendah mengharuskan saya beradaptasi dengan lingkungan. Saya mengafirmasi diri saya, bahwa ini ruangan yang nyaman untuk ujian. Bismillah. Saya langsung melompat di nomor 66, TKP. Ada satu nomor yang saya tandai, yakni nomor 96 sebab masih ragu. Kemudian, saya melompat ke TWK. Setelah mendapat  sepuluh nomor saya melompat ke TIU. Pada TIU, ada beberapa soal deret angka yang membutuhkan waktu lama, akhirnya saya lewati. Bagian figural saya juga mengalami kesulitan, saya lewati, lanjut ke TWK sampai rampung. Setelah melihat waktu masih ada sekitar 15 menit, saya lompat ke TIU untuk deret angka dan figural yang sebelumnya saya skip. Bersyukur sekali, ternyata saya bisa mengerjakannya. Ditambah beberapa soal figural yang sebelumnya abstrak bagi saya, mulai menemukan polanya. 

Selesai ujian, saya mencatat hasil tes. Meski tidak sampai 400, yakni target saya, saya tetap bersyukur. Apapun hasilnya, saya ikut saja. Hasil bukan urusan kita. Sedangkan tugas kita hanyalah berproses. Bukankah demikian? 


Tulungagung, 13 November 2023





Comments

  1. Travel Writing yang sangat keren dan berkesan. Pengalaman luar biasa Mbak Ekka

    ReplyDelete
  2. Semoga membuahkan hasil mbak. Proses yang lumayan panjang💪

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih doanya Mbak. Hehe inggih. Dinikmati sanget inshaAllah

      Delete

Post a Comment