15 November 2023, Hari Perkiraan Lahir Zafar
Menilik dari tanggal Hari Perkiraan Lahir, seharusnya hari ini Elmostafa Zafar El Albar melihat dunia. Zoya menjadi kakak. Papa menjadi ayah bagi putri dan putranya. Sedangkan saya, akan menjadi ibu dari seorang batita dan bayi kedua kami. Seharusnya, mungkin demikian. Namun ternyata, qadarullah, kami belum bisa bersua dengan tole di dunia. Meski tidak mampu bersua secara raga, saya sebagai ibunya senantiasa berusaha mendekap Zafar dengan Fatihah, memeluknya dengan Fatihah, menghangatkan hatinya dengan fatihah.
Mengingat Zafar, mau tidak mau air mata saya meluruh. Sebab saya rindu, benar-benar kerinduan ibu yang terpisah dari putranya, rasanya terkadang sesak. Namun dengan izin-Nya, hati mampu kembali lapang, sebab mengingat bahwa Allah yang mengatur hidup dan mati. Dengan demikian, sebagai ummul Zafar, saya hanya mampu menitipkan rasa rindu ini kepada Rabb. Kami mohon maghfirah sebab belum mampu menjaga Zafar dengan baik. Kami kembalikan Zafar kepada Yang memilikinya.
Saya ingat betul saat hamil tole, kehamilan saya berbeda dari saat hamil Zoya, putri pertama kami. Di kehamilan tole, saya mengalami hypersaliva, sehingga mas suami membelikan popok khusus untuk saya membuang saliva. Selain itu, saat lebaran, kakak, papa dan keluarga bersilaturahmi ke rumah saudara. Sedangkan saya ditemani Zafar lemas tak berdaya di tempat tidur. Membau apapun, langsung mual. Tidak jarang jika pagi hari setelah bangun tidur kemudian minum air mineral, saya akan langsung memuntahkannya.
Meski memang tampak menyakitkan bagi saya, namun hati saya tidak merasakan sakit. Sebaliknya, itu semua adalah kenangan yang sangat indah bersama Zafar. Saat Zafar masih di dalam rahim saya, saat saya masih mampu mendekapnya, mengajaknya berbincang, dan ditemani olehnya setiap saat. Rasanya sangat rindu masa-masa itu.
Meski demikian, saya kembalikan kepada Allah. Allah yang memiliki segala hal. Sehingga ketika mengingat Zafar dan mulai meratap, saya memohon kekuatan kepada Allah agar diingatkan bahwa segalanya adalah milik-Nya. Bahkan, diri kita sendiri bukan milik kita. Oleh sebab itu, sebagai hamba yang dhaif dalam hal qudrah, saya akan berusaha untuk menerima apapun ya Allah tetapkan.
Jika menoleh, banyak sekali hal yang terjadi dalam beberapa bulan setelah Zafar berpulang. Saya disibukkan dengan persiapan karir. Setelah Zafar pulang, mobilitas saya semakin tinggi karena tuntutan pekerjaan. Saya pun tidak membayangkan jika ke sana kemari hamil besar, atau bahkan mengikuti tes CPNS dengan tanggal yang mepet HPL. Walaupun jika itu terjadi, maka Allah pasti mengatur dengan indah, saya tetap mensyukuri apapun yang hadirkan di hadapan. Saya ingin belajar untuk tidak mengandai-andai sehingga lupa betapa indah yang Allah suguhkan di hadapan saya.
Hidup memang senantiasa demikian. Kembali lagi, kepada diri, saya ingin mengajak diri saya berjuang, menikmati perjuangan, menikmati proses dan tempaan. Masalah hasil, biarlah itu menjadi ketetapan-Nya. Sebab manusia berencana dan eksekusi, hasilnya adalah ketetapan Allah Swt. Dalam segala hal, demikianlah rumusnya. Tentang Zafar pun demikian. Kami berencana, eksekusi, berusaha merawatnya, berusaha menjaganya, berusaha yang terbaik untuknya, ternyata perantara kami belum mampu menjaga Zafar dengan baik, Allah ambil kembali. Memang sudah demikian rencana Allah, dan Allah paham mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kepada Zafar, saya hanya mampu memohon supaya Allah berkenan mempertemukannya dengan kami di surga kelak. Supaya Allah sayangi Zafar di sana. Supaya Allah senantiasa menghidupkan nama Zafar di hati kami, sebagai bunga yang ranum, yang wanginya semerbak. Wanginya mengingatkan kami, bahwa innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Blitar, 15 November 2023
Aamiin...semoga kelak dipertemukan dengan Zafar
ReplyDeleteMatur nuwun sanget Buk Siti ❤
Delete