Jakarta, I'm Coming



Berkawan dengan secangkir teh dingin, saya duduk manis di salah satu angkringan depan Indomaret Tanjung, Pakunden. Akibat salah paham membaca pesan dari Pak R, akhirnya saya harus menunggu lebih lama dari seharusnya. Meski begitu, saya bersyukur tiba lebih awal. Dengan begitu, bapak yang mengantarkan putrinya ini bisa istirahat lebih awal seusai bekerja sehari penuh di sawah Njari. 


Sedang apa saya di sini di malam gulita? Saya sedang menunggu rombongan bapak ibu rekan dari yayasan untuk berangkat bersama ke Jakarta. Sejujurnya, ini kali pertama saya ke ibukota. Bahkan ketika ibukota hendak pindah, saya masih akan mengunjunginya. Meski begitu, saya cukup senang dan bersyukur sebab berkesempatan untuk singgah ke ibukota, kota metropolitan tersebut. 


Sebagai perempuan yang berasal dari kota kecil, mungkin saya akan kagum dengan hal-hal yang ada di Jakarta. Selain bangunannya yang tinggi menjulang, tempat gedung pencakar langit berada, mungkin orang-orang sana memiliki karakter yang berbeda dengan masyarakat desa. Ada rasa tidak sabar yang membuncah untuk segera tiba di sana. Namun, saya tetap harus mencatat, jika perjalanan malam ini haruslah dinikmati. Lama perjalanan ke sana dengan mobil tentu memakan waktu yang tidak sebentar. Selain itu, saya harus memiliki buah tangan, minimal travel writing. 


Hari ini, sejujurnya badan saya sedikit lelah sebab memasak untuk acara Maulid. Namun, apakah ada rasa lelah ketika mempersembahkan sesuatu kepada kekasih-Nya? Saya bersyukur ketika papa mendukung saya untuk nderek memeriahkan acara maulid di musala walaupun hanya dengan membawa nasi kotak. Karena berbekal lelah, saya harap bisa tidur saat sudah di dalam mobil dengan nyenyak. 


Sebelum berangkat, saya juga sudah berpamitan dengan nduk cantik cinta. Jam tidur nduk hari ini sedikit delay. Apakah mungkin karena menunggu dikelonin mamanya, atau menunggu mama berangkat ke Jakarta. Secara pasti, naluri nduk pasti paham. Saya yakin, naluri anak sangat kuat. Ketika ada kesempatan, saya memeluknya, menciuminya dan berpamitan kepadanya. Berkali-kali saya katakan, Nduk, mama besok ke Jakarta. Nduk di rumah dengan Uti, Kakung, Om, Mas Fahmi dan tante ya. Saya menyampaikan demikian. Meski belum bisa menjawab, tapi saya yakin nduk paham. Setelah itu, saat saya sudah berpamitan, nduk lengket dengan mamanya. Bahkan ketika tahu saya mengenakan baju untuk bersiap keluar lengkap dengan atribut jilbab, nduk mengambil jilbabnya dan minta dipakaikan juga. MasyaAllah, putriku ingin ikut mamanya. Dalam hati, saya senantiasa berdoa. Ya Rabb, semoga Engkau menjaganya di luar kemampuanku menjaganya. Sebagai ibu, saya hanya memiliki bekal doa. Namun saya yakin, doa ibu akan tembus langit. Karena mustajabnya doa tersebut, saya rasa bekal doa sangatlah cukup untuk putri saya, bahkan untuk Zafar yang sudah berpulang dahulu di surga-Nya sebelum berkesempatan melihat dunia. 


Sesuai itu, saya kembali menyesap teh hambar di hadapan. Menunggu rasanya memang kadang melelahkan. Namun saya ingin mengubah rasa lelah itu dengan sesuatu yang positif. Alhasil, jadilah catatan ini. Ketika catatan ini belum rampung, Pak R dan Pak N sudah tiba. Bahkan beberapa menit setelahnya, mobil putih HI-ACE milik yayasan pesantren yang akan mengantar kami pulang pergi Blitar-Jakarta-Blitar telah tiba. Menunggu menjadi tidak terasa ketika melakukan hal-hal menyenangkan, menulis contohnya. 


Setelah berada di dalam mobil, saya menyapa Bu N. Wanita yang ikut hari ini hanya kami berdua. Lainnya didominasi oleh kaum Adam. Bu N sudah membawa boneka serta atribut tidur yang terdiri dari penutup mata, jaket dan bantal boneka. Saya pun tidak kalah. Karena jarak yang tidak dekat, saya membawa bantal leher, penutup mata, jaket, kaos kaki dan masker. Tujuan memakai masker agar tidak terlihat oleh orang lain saat pose tidur yang entah hanya Allah yang tahu wujudnya haha. 


Setelah semua sudah masuk, kami melanjutkan perjalanan untuk menjemput Pak B dan Pak N2. Di dalam HI-ACE yang hanya terisi beberapa orang, mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Entah bapak-bapak menyampaikan masih enak naik Innova dibanding HI-ACE. Mungkin karena sedikit orang, akhirnya terasa oleng. Saya yang duduk di barisan ketiga dengan Bu N juga merasa demikian. Ditambah musik yang diputar DJ Remix jedag-jedug horeg membuat saya merasa nge-fly. Ya Allah, mau tidur rasanya takut sekali. Namun setelah lebih dari pukul 12.00 malam, akhirnya mata terkatup sendiri. Terbangun lagi pukul 2.30 pagi. Saya melihat keluar ada gunung yang penuh dengan cahay-cahaya kecil indah sekali. Alhamdulillah sudah tiba di Semarang. 


Saat catatan ini saya rampungkan, kami sudah hampir tiba di Cirebon. Bapak ibu yang lain menikmati jam tidur tambahannya. Sedangkan saya ingin terbangun, menikmati perjalanan dinas negara pertama ke Jakarta. Haha. Sebab jam tidur insyaallah sudah cukup, sehingga energi untuk hari ini insyaallah cukup. 


Mungkin sekain catatan pertama kali ini. Terima kasih telah membaca. 


Di dalam HI-ACE yang melaju cepat di tol Cipali, 29 September 2023

Comments

Post a Comment

Popular Posts