Belajar dari Dr. Emcho, Pengidola Sosok Hamka
Kopdar SPK ke X di UNESA
kemarin, sepertinya adalah kali kedua saya bersua dengan Dr. Emcho. Perjumpaan
pertama ada pada kopdar SPK pada Juli 2019 di UNNES, Semarang. Selanjutnya
karena saya sedang fokus pada maternity
leave, saya baru nderek kopdar lagi
pada Sabtu, 09 September 2023 di UNESA. Karena beliau, Dr. Emcho merupakan
salah satu pembicara pada event Talkshow Literasi bersama Ning Khilma, maka
saya berkesempatan untuk belajar banyak dari beliau.
Hal yang saya ingat dari sosok
Dr. Emcho adalah beliau memiliki pribadi yang suka guyon, hidup harus banyak guyon, begitu yang beliau sampaikan. Tidak
heran, jika beliau memiliki pembawaan yang asyik. Ruang menjadi ramai ketika beliau
hadir. Memiliki kepribadian seperti itu, saya rasa merupakan skill yang tidak
bisa dianggap remeh. Sebab kepiawaian EQ sangat diandalkan untuk menghadapi
situasi demikian, terutama mencairkan suasana di depan publik. Hal tersebut
merupakan salah satu poin yang saya catat dari sosok Dr. Much. Khoiri, M.Si,
yang akrab disapa Pak Emcho tersebut.
Terkait event Talkshow Literasi
pada Kopdar X kemarin, kami rombongan dari SPK Tulungagung tiba sedikit
terlambat. Saat kaki sudah menjejakkan lantai tiga Auditorium gedung O5
Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA Kampus Lidah, Dr. Tirto Adi, M.Pd sedang memberikan
sambutan perwakilan pembina SPK. Sayangnya, saya tidak bisa menyimak banyak
sebab harus ke kamar mandi bersama Bu Filza. Selesai itu, kami mengikuti acara
yakni prosesi tanda tangan kerja sama FIP UNESA dengan SPK. Sebagai anggota
SPK, saya salut sekali dengan Mbak Hitta, ketua SPK yang piawai berdiplomasi
sehingga SPK memiliki kerja sama dengan FIP UNESA.
Selanjutnya, seusai acara
seremonial rampung, moderator yang saya ingat bernama Mr. Zae maju ke depan. Beliau
mengenakan sepatu sneakers dengan warna dominan putih, kemeja putih, celana jeans
dan kacamata, menunjukkan bahwa Mr. Zae merupakan dosen muda yang stylish.
Selain memperhatikan fashion, Mr. Zae mampu membawa acara talkshow menjadi
acara yang hidup dan asyik. Bahkan salam pertama beliau langsung membuat
gemuruh seluruh sudut gedung auditorium O5 FIP UNESA.
Talkshow dimulai dengan lancar,
asyik dan mampu menyedot perhatian seluruh audiens kepada kedua narasumber.
Saat tiba pada Dr. Emcho, dijelaskan oleh profil yang diterima oleh Mr. Zae
bahwa Dr. Emcho sudah rampung menulis 74 buku. Ternyata, Dr. Emcho bercita-cita
seperti Buya Hamka, yang semasa hidup memiliki karya 100 buku. Dalam hati saya
ikut berdoa, semoga harapan tersebut dikabulkan oleh Rabb semesta alam. Jika
Allah mengizinkan pun, sangat mungkin Dr. Emcho memiliki lebih dari 100 judul
buku semasa hidup.
Penulisan 74 buku tersebut tidak
dimulai dari masa yang lama. Beliau mulai menulis buku antara tahun 2011 atau
2012. Jika dihitung, belum ada 12 tahun sudah memiliki 74 buku solo. Dalam
kurun satu tahun, mungkin beliau bisa menerbitkan lima hingga enam buku, atau
lebih. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang expert yang gigih terhadap tujuan hidup
beliau. Beliau juga menyampaikan jika
setiap hari tidak lepas dari menulis. Sempat dijelaskan dari salah satu judul
buku karya beliau, yakni Pagi Pegawai,
Petang Pengarang.
Pak Emcho juga memberitahukan
kepada kami, bahwa setiap awal tahun, keluarga beliau jarang diajak keluar
untuk menikmati malam tahun baru bersama riuhnya kembang api di langit malam.
Beliau memilih untuk menyusun kerangka calon beberapa buku yang akan ditulis di
tahun tersebut. Meski begitu, beliau tetap mengajak keluarga untuk berlibur, menikmati
euforia tahun baru.
Selain aktif di Sahabat Pena
Kita, Dr. Emcho merupakan founder Rumah Virus Literasi. Karena menggarap dua
komunitas literasi, Pak Emcho sering membuka ruang diskusi demi kemajuan
keduanya, termasuk Sahabat Pena Kita. Saya senang ketika beliau membagikan tips
bagaimana merawat RVL. Sebab, dari sana, kami bisa mendapatkan referensi demi
kemajuan Sahabat Pena Kita ke depan.
Dari Pak Emcho saya belajar
banyak hal. Salah satunya adalah untuk menikmati setiap suasana dengan humor.
Sebab dalam bersosialisasi, peran serta kehadiran humor sangatlah penting.
Selain menambah keakraban sesama, hal ini bisa menjadi salah satu faktor suatu
event menjadi membahagiakan. Jika sebuah event memberikan bekas yang
membahagiakan, tentu memori indah akan terkenang dalam hati orang-orang yang
terlibat.
Poin kedua yang saya dapatkan
dari beliau, beliau adalah seseorang yang gigih dengan tujuan hidupnya. Untuk
bisa duduk di level sekarang, mungkin Dr. Emcho mengalami ujian badai
halilintar yang tidak mudah. Sebab orang besar senantiasa memiliki kisah heroik
mengalahkan aral rintang masing-masing. Walaupun jalannya sulit, beliau tetap
menyeberang dan memilih untuk terus berproses. Hal itu yang mengantarkan Dr.
Emcho tiba pada titik saat ini.
Pertemuan dengan beliau sebagai
narasumber di event Talkshow Literasi Kopdar Sahabat Pena Kita ke X
mengantarkan saya untuk mendapatkan banyak sekali pelajaran. Mungkin tidak
semua hal mampu terekam di sini. Meski begitu, saya bersyukur bisa belajar
banyak dari salah satu pembina Sahabat Pena Kita tersebut. Matur nuwun
pengajarannya, Dr. Emcho.
Blitar, 11 September 2023
Terimakasih kembali catatannya mbk. Ada beberapa hal yg saya lupa. Dr tulisan ini saya jadi teringat kembali pesan beliau
ReplyDeleteBunda, matur nuwun sanget sampun singgah dan meninggalkan komentar. Terima kasih Bunda Siti 🥰
DeleteTulisan model story telling memang terasa enak untuk dinikmati dan sekaligus cukup renyah serta gurih untuk dibaca. Namun ada satu diksi yang terasa sedikit mengganjal yaitu kata nderek kayaknya kurang tepat bu karena digunakan untuk diri sendiri. Mungkin diganti dengan kata tumut atau ikut malah lebih pas.
ReplyDeletePak Sam, saya itu selalu mendapatkan ilmu baru saking Bapak. Matur nuwun sangat sudah mengingatkan nggih Pak. Sejujurnya saya tidak tahu sebelumnya Pak. Hihi
Delete