Diary Mama
Selesai mengajar, saya membuka Word-Blank, dan memutuskan untuk menulis
catatan ini. Setidaknya, saya ingin mengungkapkan rasa rindu dan haru yang saya
alami.
Sebagai seorang ibu dengan durasi 7/24, sangat jarang saya memiliki me time. Kalaupun ada, mungkin akan
sering dipanggil si kecil untuk kembali mendekap dan memeluknya. Semisal saat
si kecil sudah terlelap di kala malam, dan dengan melirihkan suara langkah
sepelan mungkin, saya akan membuka laptop atau buku. Jika terlanjur asyik dan
masuk dalam bacaan ataupun tulisan yang saya garap, tiba-tiba si kecil bangun
dan meminta agar mama kembali menyusuinya, memeluknya, dan tidak
meninggalkannya. Alhasil segala keasyikan saya letakkan dan saya kembali
memeluk si kecil, mendekapnya, menciumnya dan menghangatkannya.
Jika dirasa berat, saya sama sekali tidak keberatan. Karena memiliki putri
secantik, sepandai dan sesalehah Zoya adalah anugerah yang sangat besar bagi
saya. Pun, dengan kehadirannya, rumah kami jadinya ramai. Dahulu, sebelum Zoya
hadir, rumah ini hanya berpenghuni saya dan mas suami. Jika mas suami kerja,
maka saya hanya seorang diri. Namun, saat ini kehadiran buah hati membuat
suasana rumah menjadi meriah dan gembira.
Memang, saya saat ini bukanlah saya yang dahulu. Saat ini, saya harus bisa
bijak menggunakan waktu, memastikan kesehatan fisik dan mental, dan terus
bergerak, walau hanya sejengkal demi sejengkal. Namun, sekali lagi saya ingin
menyampaikan bahwa saya bahagia, bahkan lebih dari kata bahagia.
Hari ini, Sabtu 05 Maret 2022 saya memiliki jadwal mengajar. Segala keperluan
Zoya sudah saya masukkan di dalam tas. Bahkan sebelum itu, saya sudah pumping ASI, meski hasilnya tidak banyak
karena saya jarang pumping juga jenis
pumping yang saya gunakan manual. Ketika
segalanya sudah siap, dan papa datang menjemput Zoya, rasanya ada kehampaan
yang merasuk jiwa. Saya ingin senang, karena bisa fokus mengajar dan istirahat
sebentar. Akan tetapi, di sisi lain, saya merasa rindu. Padahal Zoya masih di
depan mata. Hanya saja, yang mendekapnya adalah papanya.
Memang terkadang, saya bingung dengan diri sendiri. Sebenarnya mau saya
apa? Di sisi lain, ingin selalu menemani si kecil dan pada sisi yang lain, saya
ingin bisa produktif. Terkadang gemas dengan diri sendiri. Akhirnya, saya
memutuskan untuk tidak terlalu terbawa perasaan, melainkan menjalankannya
dengan logika. Jika memang Zoya diajak papa untuk memberikan me time kepada saya, maka saya harus
menggunakan sebaik seproduktif mungkin, agar jika dia sudah kembali kepada
saya, saya sudah siap dan bahagia. Begitu terus saya berusaha melatih mindset dan kemudian menyibukkan diri
dengan hal produktif, bukan malah melihat video Zoya yang akan semakin membuat
saya baper.
Hal produktif yang bisa saya jalankan salah satunya mengajar. Jujur, saya
benar-benar rindu suasana kelas. Dengan mengajar private bahasa Inggris, setidaknya rasa rindu mengajar bisa
terobati. Segala passion yang ketika menghadapi Zoya saya letakkan, kembali
saya kenakan di sini. Ditambah murid saya kali ini adalah siswi kelas X SMA dan
relasi kami layaknya teman. Kebetulan kami sudah kenal sejak dia masih duduk di
kelas enam MI dahulu. Jadi kami sudah sangat akrab.
Ketika mengajar, saya merasa kembali menjadi mahasiswa yang sedang
presentasi. Latar kampus dengan backsong
Azan diselingi desauan angin yang menggesek dedauan kembali berputar. Wangi parfum
dari teman-teman sekelas, canda tawa bersama di gazebo, dan keasyikan ketika
presentasi seolah-olah hadir kembali. Saya rindu dengan suasana itu, sangat
rindu. Akan tetapi, altar itu tiba-tiba buram, dan kembali menjadi meja kerja,
laptop beserta rumah. Saya langsung disadarkan oleh kenyataan, bahwa saat ini,
saya adalah seorang ibu yang sedang fokus dengan tumbuh kembang putri kecilnya.
Saya ingin menjalani dan menikmati apa yang sedang hidup hadirkan pada saya
saat ini. Jangan sampai saya kufur nikmat dan tidak melakukan tugas saya saat
ini dengan totalitas dan terbaik sebisa saya.
Begitu mungkin catatan kali ini. Hari sudah senja, saatnya mempersiapkan
kebutuhan si kecil, sebelum dia pulang ke rumah. Juga saatnya mama mandi,
menyapu rumah, membereskan meja, dan lainnya.
Alhadulillah, terima kasih memilihkan kisah yang begitu indah untuk saya,
Ya Rabb. I love You endlessly.
Tulungagung, Sabtu, 05 Maret 2022
Menulis adalah obat psikologis yang menenangkan
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih sangat sudah berkunjung, Bapak Naim. Inggih Pak. Saya merasa lebih tenang dan plong setelah menyampaikan dengan menulis.
DeleteBetul Pak Naim. Hehe.
ReplyDeleteDan untuk Mbak Zahra, tiada kata yang tepat selain 'luar biasa'. Saya jadi teringat ketika saya menulis ada hal menggemaskan, yakni tatkala si Rumi kecilku ingin membantu ayahnya ngetik, dengan jemari kecilnya ia menari di atas keyboard, sungguh membahagiakan, meskipun maksudnya membantu alhasil sebaliknya. Hehe.
Salam buat Mas Rumi ya Ayah hebat. MasyaAllah, begitu indah menjadi orang tua. Hihi. Momen tak terlupakan seperti itu pasti akan menjadi kisah yang dirindukan nantinya ya Mas. Selamat menikmati prosesnya Ayah Kamim yang luar biasa.
DeleteTrimakasih mbk zahra tulisannya. 🙏 Posisi yg hampir sama saya rasakan.
ReplyDeleteMasyaAllah, semangat selalu perempuan hebat ❤❤❤
Delete