Diary Mama
Zoya
adalah sebuah anugerah yang sangat luar biasa. Saya benar-benar bersyukur
memiliki putri secantik dia. Allah memberikan amanah yang sangat besar dan
sangat indah kepada saya beserta suami.
Sebagai seorang ibu, saya sering
dibuat kagum dengan perilaku si cantik mungil itu. Bayi yang baru berusia tiga
bulan itu sangat jarang menangis. Mudah sekali mendapatkan senyum dan tawa
Zoya, asalkan dia tidak haus dan tidak mengantuk. Hanya itu syaratnya.
Di usianya yang menginjak bulan
ketiga ini, bidadari mungil itu memang belum bisa tengkurap, meski saat ini dia
sudah suka memanjat-manjat kasur dan terus memiringkan badan. Sebagai seorang
ibu, terkadang saya khawatir. Namun saya kembalikan lagi, bahwa dia mungkin
akan tengkurap jika memang sudah waktunya. Biasanya, saya memang menengkurapkan
dia, istilahnya tummy time. Apakah jangan-jangan
ada teknik yang salah terhadap cara saya? Kejadian ini akan saya konsultasikan
kepada ahlinya, sesegera mungkin.
Hari ini, saya menitipkan si
kecil kepada papanya. Saya memang memiliki jadwal mengajar dua. Sedangkan neneknya,
yang biasanya menggendong Zoya sakit. Akhirnya, papanya harus mengambil peran
untuk merawat Zoya. Cara merawat Zoya dengan neneknya cukup berbeda. Kalau neneknya,
karena orang dahulu, Zoya selalu digendong. Sedangkan papanya, Zoya selalu
ditidurkan dan diajak main, diajak komunikasi. Dalam kurun satu pekan ini, Zoya
memang tidak mendapatkan asuh dari neneknya, sebab ibu direpotkan dengan banyak
hal, sehingga dia terbiasa bermain sembari tiduran. Saya juga sangat jarang
menggendongnya. Jika memang diperlukan, maka saya menggendong Zoya.
Hari ini, akan menjadi hari
bersejarah bagi saya, bagi bayi mungil itu. Ketika senja tiba, banyak orang
merampungkan aktivitas demi aktivitas, sebelum istirahat malam. Saya pun
demikian. Sehingga Zoya yang sudah cantik, sudah mandi, saya diamkan di atas
kasur. Tiba-tiba, ketika saya kembali dan hendak menyusuinya, dia sudah
terpejam. Di balik pintu, saya mengamati bayi mungil yang terpejam itu. Ingin rasanya
mencium dan memeluk tubuh mungil itu. Tapi saya takut membangunkannya. Akhirnya,
saya mengambil tutup anti nyamuk untuknya, dan meninggalkannya tertidur,
sembari mencuri-curi waktu untuk menulis catatan singkat ini.
Saya sangat bersyukur memiliki
Zoya. Zoya adalah cahaya mata saya. Tanpa melihatnya dalam kurun sekian menit
saja, sudah membuat saya merasakan rindu yang sangat luar biasa. Saya jatuh
cinta, lagi-lagi jatuh cinta. Sebuah cinta murni, yang tidak mengenal apa itu pengorbanan.
Yang saya tahu, saya hanya ingin memberinya, tanpa mengharapkan kembali. Hanya
cinta Rabb mungkin yang benar-benar ingin saya raih. Saya sangat bersyukur
dikaruniai rasa cinta sebegini dahsyatnya kepada bayi mungil itu.
Zoya, sebuah makna cinta
sekaligus rasa syukur yang luar biasa. Zoya memang bayi dengan ASI ekslusif,
alhamdulillah kami tidak habis banyak biaya untuk keperluan susunya. Namun
memang, sebagai gantinya, saya diminta untuk bahagia, menghindari stres, minum
minimal tiga liter sehari, menghindari pedas dan menu sayur hijau menjadi menu
wajib pada tiap makan.
Mulanya, pola hidup selepas
memiliki bayi memang cukup membuat saya terkejut. Namun, ketika dirasakan, dinikmati,
masyaallah, nikmatnya tiada tara. Saya sangat bersyukur dan benar-benar bahagia
dititipi seorang putri yang sangat jelita seperti Zoya. Zoya akan menjadi
partner kami dalam hidup. Kami akan berjuang bersama, untuk meraih cinta dan
rahmatNya dalam hidup. Sebab, bekal untuk kehidupan ini, bahkan kehidupan
setelah ini bergantung dari cinta dan rahmatNya.
Semoga Zoya menjadi seorang ahli
ilmu yang bermanfaat begi sesama manusia. Semoga Allah selalu memancarkan
cahayaNya pada hatimu, Nak.
Mom loves you,
Tulungagung, 17.35 WIB
Rabu, 28 Juli 2021
Comments
Post a Comment