Menikmati Momen Berkembangnya Si Kecil di dalam Rahim
Alhamdulillah, meski sudah memasuki usia kehamilan 20 minggu, saya masih cukup sering merasa mual. Seperti hari ini. Sebab ibuk bertandang ke Bondowoso, tanggungjawab memasak akhirnya saya ambil. Saya kasihan kepada suami yang sudah bekerja sehari semalam, plus bapak, yang bekerja di terik panas, jika harus bertambah tugas untuk memasak. Akhirnya saya ambil, selama saya merasa sehat dan kuat, saya akan bergerak.
Kemarin suami minta dimasakkan ikan sarden. Karena saya tidak bisa belanja, alhamdulillah beliau berkenan berbelanja apa saja yang dibutuhkan. Pagi-pagi, selepas melakukan kegiatan rutin, saya ke dapur, melihat kulkas. Ikan sudah ada. Tinggal mengolah saja. Suami sudah terlelap, sebab semalaman beliau bekerja. Bapak sudah berangkat ke sawah, sejak pagi petang, dan ditambah, beliau mencucikan piring kemarin malam, plus menanakkan nasi. Saya sangat berterimakasih kepada bapak yang berkenan untuk menanak nasi, selama ibuk tindak. Saya mengatakan kepada beliau, bahwa saya hanya bisa memasak nasi melalui magicom. Rupanya, bapak tidak doyan nasi yang dimasak di magicom. Sedangkan ibuk, terbiasa menanak dengan istilah Jawa, adang di panci. Saya tidak bisa. Sebenarnya sudah diajari oleh bapak. Namun beliau tetap saja mengambil tugas itu. Terima kasih, Bapak. Lain waktu, InsyaAllah saya belajar menanak nasi.
Selepas selesai memasak ikan sarden untuk suami, dan tumis terung untuk bapak, saya mandi. Selepas mandi, saya duduk di ruang tengah, mengambil buku dan belajar. Di tengah-tengah belajar, rasa mual mulai datang. Badan terasa keju dan kaki sulit diajak jalan. Sepertinya saya kurang kalsium. Segera, saya ke kamar dan meminum kalsium. Karena mual tidak kunjung reda, akhirnya saya merebahkan badan, kembali ke kamar, dan menulis catatan ini.
Memang, saya sering tampak bugar, alhamdulillah, memang bugar. Namun, tidak bisa diajak bekerja fisik terlalu lelah. Sedikit saja kelelahan, keringat dingin keluar, dan seperti gejala hendak pingsan. Saya yang bisa mengukur diri saya sendiri, sehingga benar-benar membatasi gerak yang akan berdampak kurang baik bagi tubuh.
Jika mungkin ada yang bertanya, usia kandungan sudah masuk bulan ke lima, tapi kenapa masih mual? Saya mendapatkan kisah pengalaman dari kawan, ada yang bahkan sampai bulan ke tujuh baru reda, bahkan bulan ke delapan mendekati persalinan.
Jika memang jatah saya selama kehamilan harus seperti ini, rasanya pasti sangat menyenangkan. Apapun yang dipilihkan olehNya terhadap saya, itu semua pasti yang terbaik. Tidak ada yang lebih baik dari menerima, bersyukur dan menikmatinya. Semoga dalam proses persalinan nanti, buah hati kami sehat lahir batin, dan juga sang mama dan papa berkesempatan untuk mendidiknya sampai waktuNya tiba.
🌹
Mantab...seolah akan menelurkan sebuah karya bahagia saat ibu hamil...
ReplyDeleteAmin, semoga Pak. Si dedek lahir, anak karya mamanya semoga juga lahir. 💕
DeleteTerima kasih sudah berkunjung, Pak Agus.
DeleteIndah mbak, semoga sehat selalu
ReplyDelete