Kehadiranmu, Buah Hatiku

 


            Pada suatu waktu, mama ingin kamu membaca kisah ini, Nak. Sebuah kisah indah, yang menjadi perjuangan mama ketika melewati fase dari remaja, menuju perempuan dewasa. Dari seorang putri, menjadi istri. Dari seorang istri, menjadi sesosok ibu. Perjalanan ini perlu untuk diabadikan. Sebab sangat banyak mutiara indah yang mama temukan ketika menjejaki fase demi fase. Kamu siap, buah hatiku tercinta?

***

Tidak pernah terbayangkan sedetikpun dalam benak mama, bahwa menjadi seorang ibu, sebegini indah perjuangannya. Banyak memang kisah kehamilan, Nak. Namun ketika mama hamil kamu, rasanya begitu indah. Mama tidak tahu harus mengucapkan apa selain alhamdulillah. Mama tidak tahu bagaimana mendiskripsikan kebahagiaan di dalam hati mama. Mama benar-benar bahagia. Kamu adalah buah cinta mama dengan papa. Seseorang, yang olehNya diamanahkan dan dipilihkan untuk kami, untuk kami didik, kami rawat, kami cinta sepenuhnya. Mama bersyukur bisa berjumpa dengan kamu sebagai relasi seorang ibu dan anak. Kita tidak bisa  memilih akan lahir dari rahim siapa, dalam keadaan bagaimana. Semua tidak lepas dari kehendakNya yang menuliskan kisah kita di Lauh al-Mahfuz. Dan kamu adalah salah satu jawaban doa-doa kami.

Setelah enam bulan mama menikah dengan papa, Allah memberikan karunia yang begitu dahsyat, yakni kamu di dalam rahim mama. Mama sangat bahagia ketika mengetahui mama hamil. Sempat mama takut, dan sangat was-was terhadap keadaan rahim mama. Setiap mama datang bulan, rasanya selalu sakit luar biasa. Bahkan kadang, mama sampai demam. Mama takut, mama khawatir terhadap keadaan rahim mama. Apa jangan-jangan mama terkena myom atau bahkan kista? Naudzubillah. Mama hanya bisa berpasrah, sembari sering menangis, melihat papa begitu mencintai mama sepenuhnya. Ditambah, mama belum hamil, padahal sudah hampir enam bulan menikah. Papa memang berkenan untuk menikmati masa pacaran selepas menikah dengan mama. Itu sedikit menghibur mama dari keadaan ‘belum hamil’. Jika ada pertanyaan apa sudah hamil setelah menikah sekian kurun waktu‒memang kaum patriarkal sering menyudutkan perempuan dengan pertanyaan apa sudah hamil, ya Nak. Itu merupakan racun yang cukup pahit dan mematikan nalar kita sebagai manusia. Bahkan sering, sesama perempuan mempertanyakan hal itu. Namun untuk sekadar perbincangan, dan mama anggap basa-basi, ya mama wajar saja. Tidak mungkin mama memprotes dengan mengatakan bahwa itu merupakan pertanyaan patriarkal, hehe‒maka jawaban mama simpel, papa masih ingin pacaran terlebih dahulu. Mama tidak tahu, papamu memang tercipta untuk mama. Semoga menjadi jodoh sampai di pangkuan Allah nantinya. Amin.

Namun rasa insekyur mama mulai mode aktif. Papa memang mengatakan bahwa beliau ingin kita pacaran terlebih dahulu. Namun, tentu tidak memungkiri jika papa memiliki buah hati, beliau akan semakin bahagia. Meski papa, bagaimanapun keadaannya akan selalu menerima titah Tuhannya, Nak. Apapun itu. Alhasil, ketika pillow talk, mama sering bercucuran air mata. Papa selalu mengatakan, bahwa jika memang Allah berkehendak mama untuk hamil, maka mama akan hamil. Dan selalu, setiap papa mengelus rambut mama, mama kembali tenang, biidznillah. Mama tidak tahu harus melakukan apa, selain berdoa, semoga Allah berkenan menganugerahi salah satu amanah terindah dariNya untuk kami didik. Dan selepas itu, mama hanya bisa pasrah. Tawakal terhadap segala ketentuanNya. Kamu tahu, Nak? Ketika hanya kepada Allah kita menaruh segala harap, cemas, takut dan yakin, maka, tidak pernah hati kita kecewa. Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan, apa yang lebih baik dari harapan-harapan kita. Dan selalu, jawaban Allah adalah ‘ya’. Jika tidak di dunia Allah mengabulkan doa, maka kita akan memanennya di akhirat, insyaallah.

Detik berlari, waktu berlalu. Mama disibukkan dengan tugas sekolah. Akhirnya, suatu pagi, selepas mama pulang dari Solo, malam harinya, mama mencoba untuk mengecek kehamilan. Apa benar mama positif? Karena sudah satu pekan mama terlambat datang bulan. Dan memang, ketika papa menanam benihnya di rahim mama, saat itu keadaan mama sedang dalam fase masa subur. Akhirnya mama meminta papa untuk membeli tespen, dan alhamdulillah, dua tespen menunjukkan garis dua secara sangat jelas. Mama tidak tahu harus berucap apa selain alhamdulillah. Dengan sangat bahagia, papa mencium kening mama. Mama langsung menghubungi uti di Blitar, dan menyampaikan uti di Tulungagung, bahwa beliau-beliau akan segera memiliki cucu dari mama dan papa. Kami benar-benar bahagia Nak.

Itu adalah secuil kisah ketika kamu mulai terbentuk di dalam rahim mama, Nak. Mama masih memiliki kisah lain yang begitu indah, tidak ingin mama lupakan, dan mama ingin membaginya kepada kamu. Tunggu kisah mama selanjutnya, ya buah hatiku?

 

Salam cinta tak terbatas,

Mama 

 

Tulungagung, 08 November 2020

Comments