Jadi Predator Buku, Yuk?

Hari ini adalah pertemuan pertama saya dengan seorang anak kelas lima jenjang MI. Ibunya meminta saya menemaninya belajar pada bidang saya. Namanya pertemuan pertama tentu masih adaptasi dan malu-malu. Tapi terpancar dari gelagatnya, bahwa dia anak yang cerdik, meski memang tampak lebih irit bicara. Memang tampak sebagai anak rumahan. Namun dia sudah menjelajah lebih jauh, jauh melebihi teman-teman seusianya.

 Di waktu liburan pun dia memanfaatkannya untuk belajar. Saya menyimpulkan demikian, salah satu buktinya saya datang di rumahnya. Selain itu, ketika perkenalan, saya memgajukan sebuah tentang hobinya. "Membaca" adalah jawaban anak itu. Sebuah senyuman terbit dari diri saya. Dengan gegap gempita, langsung saja saya bubuhi beragam minyak agar dia terus menyalakan budaya tersebut. Juga sempat saya bertanya,
"Adik suka menulis apa tidak?"
"Suka", jawabnya.

Lantas saya juga berusaha menaburkan bumbu-bumbu agar dia lebih bersemangat lagi.

 Pada waktu pulang, si ibu pun malah berkata, "Saya itu heran sama dia. Kok suka eram membaca. Kalau liburan begini sehari bisa habis buat membaca beberapa lembar, Miss. Yang saya takutkan itu matanya."

Demikian ucapan sang ibu. Luar biasa. Seorang anak istimewa dengan kegemaran yang bisa menambah input pengetahuannya. Memang, tidak bisa menafikan seorang anak harus dididik untuk hidup bersosial. Hal itu tetap harus diterapkan kepada anak. Namun mengetahui bahwa ia memiliki rasa suka terhadap hal itu saja sudah sangat bersyukur karena berkesempatan belajar bersama dia.

Kesehatan mata bisa diatasi dengan pola hidup. Asalkan cahayanya terang dan memiliki jarak titik aman pada mata. Juga ditambah makan makanan yang kaya akan vitamin A, seperti wortel, misalnya.

 Dengan teratasinya problem tentang mata, bukankah itu sepatutnya bukan lagi menjadi sebuah alasan untuk tidak membaca? Karena membangun kemauan untuk berdua bersama buku bukan perkara mudah. Sebab banyak memang orang dengan kecenderungannya, tidak terlalu menyukai buku.

Apakah saya menuliskan catatan ini sebagai ajang pamer? Jika ada yang berpendapat demikian silakan saja. Tidak mengurangi entitas diri saya sendiri. Perspektif kan bergantung kepada pikiran masing-masing orang terkonstruk. Terpenting, semoga tujuan sebenarnya bukan itu. Melainkan, mari bersama melek literasi agar terbuka dunia yang tadinya masih terhijabi. Dan keindahan yang sangat rupawan akan tampak. Saya tahu, siapalah saya berani mengajak Pembaca? Dibandingkan dengan jutaan orang di luar sana, siapa saya? Hanya orang papa yang tidak memiliki apa-apa. Namun, didiklah diri agar mau bergabung dengan orang-orang hebat itu. Saya juga tahu, saya belum menjadi pembaca yang baik. Namun saya sedang berusaha agar bisa seperti beliau-beliau semua.

Salah satu ucapan Dr. Ngainun Naim, M.HI., yang sangat menarik adalah dengan membaca akan memberikan transformasi kehidupan. Meski belum kentara, saya sudah mulai merasakan transformasi itu dalam hidup saya. Apakah Pembaca mau mencoba?

☺😉
Blitar, 07 Juli 2018

Comments