Perempuan Produktif
Semenjak memasuki kehamilan
trimester ketiga, dan sampai saat ini, ketika usia Zoya sudah memasuki dua
bulan, saya merasakan perubahan fisik yang luar biasa. Segi penampilan tidak
masalah, jika sudah lepas menyusui, saya bisa diet kembali. Namun yang cukup mengganggu
adalah keadaan fisik yang sangat lelah, lemas dan bingung. Mau istirahat, namun
sering terkena insomnia. Kepala terasa sangat pusing, sedangkan tubuh harus
terus beraktivitas dan terus menyusui. Sebab rezeki makanan si kecil memang
dititipkan kepada saya. Toh saya memang ibunya. Namun, keadaan seperti itu
membuat waktu produktif berkurang. Jika ada jeda untuk merebahkan badan, saya
lebih memilih membaca ataupun mencari konten yang menghibur. Jarang bisa
menyempatkan diri membuka laptop kecuali jika tiba waktu mengajar.
Saya tidak mau menjadikan ini
sebagai excuse dalam bertindak
produktif. Sebab mereka yang terpilih untuk terus menekuni dunia tulis menulis
memang orang-orang terpilih, bukan semua orang. Itulah mengapa saya masih ingat
istilah yang dipakai oleh Dr. Naim untuk menyematkan makhluk langka kepada para
penulis. Dan makhluk langka ini terpilih dari seleksi alam. Mereka memiliki
motivasi dan tekad yang tidak akan mudah terhembus oleh badai, tidak mudah
mengerut oleh salju, dan tidak mudah terbakar oleh panas. Mereka konsisten, bagaimanapun
keadaannya.
Menjadi istikamah dengan keadaan
seperti ini memberikan tantangan tersendiri kepada saya. Menilik dari tingkat
kekuatan fisik, dan ketika si kecil tertidur adalah pertimbangan yang paling
tepat untuk bisa merampungkan proyek dan rencana-rencana yang sudah dikemas
dengan rapi. Saya tidak ingin rencana yang menjadi titik pijak perjuangan dalam
hidup itu hanya menjadi sebatas pengisi buku agenda dan sebatas rencana saya. Saya
ingin menjadikan semua proyek demi proyek itu terlaksana dan menjadi tindakan
nyata. Saya memang pemimpi. Saya masih memimpikan hal yang sama, sebelum apa
yang menjadi impian itu sudah tergenggam dalam kepalan tangan.
Hal pertama yang ingin saya
tekankan dalam catatan kali ini adalah, saya tidak keberatan ketika menjadi ibu
seorang bayi mungil nan cantik seperti Zoya. Sebaliknya, saya tidak bercanda
ketika mengatakan, selelah apapun saya, melihat senyum manis dan tawa renyah
yang didengungkan oleh bidadari kecil itu bisa mengobati seluruh peluh dan linu
yang terasa. Meski saya juga harus merebahkan badan di sisinya, untuk selalu
menemani dia sekaligus istirahat, saya tidak merasakan overthinking yang berlebih. Sebaliknya, saya merasakan kebahagiaan
ketika bisa melihat tubuh mungilnya terbaring dan kadang molet di dekat saya. Saya
benar-benar bahagia ketika mencium wangi bayinya. Sebuah aroma yang pasti akan
saya rindukan kelak. Saya bersyukur, dan saya merasa sangat beruntung
dikaruniai seorang bidadari seimut dan secantik Zoya. Allah sudah menganugerahi
fisik yang cantik kepadanya. Akan saya rawat dia agar kuntum bunga itu kelak
bisa rekah serekah-rekahnya.
Hal kedua yang ingin saya tegaskan
kepada diri saya sendiri adalah, impian saya yang setinggi bintang di angkasa
tidak akan mudah diraih kecuali dengan kerja ekstra keras dan cerdas. Di era
sekarang, kompetitor saya banyak. Jika saya tidak bisa bekerja di atas
rata-rata, saya akan tersisih. Rencana harus direvisi, perhitungan harus dikaji
ulang agar mampu menghasilkan hasil yang tepat dan akurat. Maka, meski saya
saat ini disibukkan menjadi seorang ibu dan istri, saya harus tetap bisa
menyempatkan waktu untuk berkutat dengan apa yang menjadi jalan bagi mimpi
saya. Saya tahu, hal itu tidak mudah. Bagi seorang perempuan, peran menjadi
ibu, peran melahirkan, menyusui adalah sebuah kodrat yang indah sekaligus tidak
mudah, sungguh tidak mudah. Terlebih jika ingin meniti karir setapak demi
setapak. Namun, semua itu bukan penghalang. Justru menjadi alasan penguat bahwa
perempuan memang diciptakan begitu hebat dan kuat. Dan saya bersyukur serta
bangga ditakdirkan menjadi seorang perempuan.
Hal ketiga adalah, impian saya
memiliki kaitan erat dengan kepenulisan. Saya tetap ingin menerbitkan buku-buku
bagus yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, sekaligus terus mendalami
keilmuan saya, agar ilmu yang telah dititipkan olehNya mendapatkan tempat untuk
mengalir. Saya ingin menjadi seorang ilmuwan yang ahli dalam bidangnya, dan
bisa menemukan sesuatu yang bisa berguna untuk banyak orang. Dan untuk menuju
ke sana, saya membutuhkan bantuan kata, yakni membaca, menulis dan
mempublikasikan karya.
Saya tidak terburu-buru, memang,
namun tidak boleh merasa santai juga. Sebab waktu di dunia sangat terbatas. Penemuan
serta karya itulah yang saya niati sebagai titik kontribusi untuk umat dan
bangsa ini. Sedangkan kapan Allah memanggil untuk pulang, tidak ada yang tahu. Sebelum
tiba waktu itu, semoga rencana-rencana saya sudah menjadi tulisan yang tercoret
di dalam agenda.
Menjadi perempuan yang
ditakdirkan memiliki Zoya sekaligus menjadi istri bagi suami merupakan takdir
termanis yang pernah saya rasakan. Juga, memilih untuk membiasakan pola hidup
sehat dengan jalan makan makanan bergizi, tidur yang cukup serta olahraga yang
teratur semoga bisa menjadi solusi untuk keloyoan yang menggelayut badan. Jika badan
bugar, tentu akan lebih mudah untuk bertindak produktif dan juga dalam merawat
Zoya serta suami. Dan terakhir, sebagai pamungkas, hati tidak boleh lengah dari
mengingatNya. Sebab, jika tugas untuk berjuang sudah terlaksana, maka segala
keputusan akhir adalah mutlak pilihanNya. Dan selama hidup, saya tidak pernah
kecewa terhadap apapun kejutan serta keputusan akhir Ilahi Rabb. Apapun keputusanNya
terhadap saya, maka kepasrahan benar-benar saya letakkan dalam tanganNya. Biar Allah
yang menggerakkan dan memudahkan seluruh proses ini.
Semangat berjuang,
perempuan-perempuan hebat. Jangan berhenti berkarya untuk terus menebarkan
semerbak wangi kepada dunia.
Tulungagung, 12 Juni 2021
Takdir termanis bernama Zoya😍. Sehat selalu bunda. Kudapan sehat di akhir pekan❤️
ReplyDeleteBunda Nur. 🤗🤗😍 Terima kasih kunjungan serta komentarnya. Amin ya Allah allahumma amin.
Delete