Seufuk Syukur

 


    Saya benar-benar bersyukur, alhamdulillah akhirnya saya bisa memiliki laptop baru meski bekas. Kendala utama selama ini vakum untuk menulis sudah terselesaikan. Kini, semoga Allah memberikan kemudahan untuk bisa menuangkan ide, dan berkontribusi dalam hidup yang luar biasa ini melalui kata. Amin.

Hari ini istimewa, Sabtu istimewa. Meski setiap hari merupakan waktu yang sangat luar biasa, namun keistimewaan yang saya maksud di hari ini dikarenakan suami saya akan pulang, dan kami akan menghabiskan waktu bersama. Sedikit sedih karena waktu bersama kami harus terpotong karena saya ada agenda lain. Sempat mengatakan dalam hati, mengapa harus ketika weekend, karena agenda yang akan saya singgahi merupakan agenda semester yang juga saya nantikan. Namun tanggungjawab tetap tanggungjawab. Saya menikmati setiap jengkal prosesnya. Toh Allah tidak mungkin menaruh kita dalam suatu keadaan, ketika kita tidak mampu melaluinya. Tuhan kita sudah tahu dan menakar sejauh apa kemampuan kita. Tinggal seberapa banyak kita memupuk iman kepadaNya.

Saya terbangun setelah azan Subuh berkumandang, dan kemudian, memutuskan untuk melakukan rutinitas sehari-hari. Pertama, tentu salat Subuh. Selanjutnya, saya memutuskan untuk keluar rumah, dan menikmati semilir angin sejuk yang melambai. Fajar sudah rekah indah di ufuk timur. Saya menyesap aroma pagi dengan jalan-jalan bersama sang buah hati yang semakin membesar di rahim. Tidak tertinggal, Pak Puh No sedang membagi sarapan kepada ayam-ayamnya. Saya menyapa beliau sebentar karena kami berpapasan di depan halaman beliau yang merupakan track jalan pagi dan sore saya.

Terima kasih untuk almarhum Mbah Uti yang memberikan lahan seluas ini untuk putra-putrinya. Halaman rumah peninggalan uti yang kami tinggali saat ini sangat luas. Hal itu berdampak baik ketika pandemi seperti sekarang ini, saya tidak perlu repot-repot pergi ke lapangan umum hanya untuk jalan-jalan pagi. Semoga hal ini menjadi lahan dan ladang pahala untuk uti dan kakung. Amin.

Selesai merenggangkan otot dan memetik keringat, tampak dari depan halaman Pak Puh No, bapak pulang dari belanja. Saya memang meminta tolong beliau untuk belanja jeroan ayam hari ini dikarenakan suami saya meminta dimasakkan itu. Alhamdulillah bapak tidak keberatan. Selepas turun dari motor, serta merta saya menyambut beliau, dan langsung memutuskan untuk mengolah bahan makanan tersebut. Hari ini memang sedikit terburu-buru. Karena di pagi hari harus bisa merampungkan banyak tugas. Tugas sebagai istri dan tugas yang diamanahkan oleh bapak dan ibu dari SPK Pusat, yakni menjadi Contact Person dalam agenda Webinar Kepenulisan dan Kopdar SPK ke-VI hari ini serta mengarahkan dan memantau peserta eksternal agar dipastikan sudah memenuhi regristrasi dan sudah masuk ke dalam ruang diskusi.

Sejak semalam, sebenarnya banyak sekali chat yang masuk dan mendaftar. Namun karena suami memang mewajibkan saya untuk tidur pukul 21.00 WIB tidak boleh lebih, maka saya pun harus menonaktifkan ponsel ketika sudah masuk jam tidur. Saya mafhum dengan permintaan beliau. Beliau hanya tidak ingin saya sakit lantaran terlalu lelah. Ditambah posisi sedang hamil tua, dan beliau tidak ada di sisi, maka saya juga harus bisa ngeman bayi kami yang sedang tumbuh di dalam rahim saya. Sedangkan karena pagi harinya masih direpotkan dengan urusan dapur dan lainnya, maka saya membagi waktu. Memasak sembari membalas pesan. Untung masakannya tidak gosong, dan tidak terlalu asin. Pas. Hingga pagi hari menjelang acara tiba, masih banyak peserta yang ingin ikut agenda dan mendaftar. Langsung saya berikan informasi secara detail dan mengajak mereka untuk masuk ke dalam GWA khusus peserta. Meski saya memang berperan sebagai istri, sebagai anak, dan sebagai ibu dalam satu waktu, saya tidak boleh teledor dengan amanah yang sudah diberikan. Semoga tetap bisa menjaga profesionalitas kerja, baik dalam urusan rumah dan urusan profesionalitas.

Satu jam sebelum agenda, suami saya tiba. Masakan sudah matang. Segera, beliau saya ajak sarapan dan saya menyiapkan minum untuk beliau. Kami pun sarapan bersama. Kemarin ketika telepon, ibu mertua menyampaikan bahwa suami jarang doyan makan. Nafsu makan beliau menurun. Ketika saya tanya mengapa, jawaban beliau adalah tidak ada yang menemani makan. Saya terharu dengan jawaban beliau. Memang, meski kami makan hanya lauk tempe goreng atau telur goreng, namun ketika mengunyahnya kami sedang bersama, rasanya lain. Berbeda dengan makan satai, namun ternyata sendirian. Akhirnya pagi ini, beliau saya kawani. Dan terbukti, lahap sekali suami saya makan. Bahkan beliau mau tambah dua kali. Hati saya tersenyum. Alhamdulillah.

Selanjutnya, suami saya ajak untuk istirahat. Karena sudah menjadi rutinitas beliau untuk istirahat setelah tiba. Sebab semalam, beliau pasti tidak tidur. Selepas itu, baru saya menyiapkan laptop, menyiapkan diri untuk agenda hari ini. Plus tidak lupa memantau peserta dan terus membalas peserta yang masih ada saja yang mau mendaftar, bahkan ketika Gus Ulil sudah menyampaikan pengalaman beliau seputar menulis.

Ketika menyiapkan laptop baru yang dibawa suami, saya sempat mencoba beberapa hal, pertama kamera dan kedua adalah speaker. Sebab dalam kelas online saya, saya membutuhkan keduanya untuk bisa stay connected dengan murid. Dan pada webinar kali ini, kami juga membutuhkannya. Niat saya ingin mencoba background yang sudah dibagikan oleh Pak Ketua SPK, Dr. Arfan.  Namun ternyata, sayang sekali, saya tidak menemukan kamera di laptop, bahkan speakernya tidak bisa. Meski sudah saya tambahkan headset, tetap tidak bisa dengan alasan speaker tidak tersedia. Cukup bersedih karena saya sudah terlanjur dandan cantik, hehe. Akhirnya, tripod saya ambil dan menyiapkan meeting di gawai. Namun karena saya terlihat gelap dan tidak menemukan angle yang tepat, akhirnya saya memilih untuk mematikan kamera. Alhasil, meeting kali ini harus dilalui dengan without showing my face.

Meski tidak ada kamera dan tidak ada speaker, saya masih bisa menyiasati dengan gawai. Untuk meeting dan kelas online ke depan, saya insyaallah bisa menggunakan keduanya. Toh saya juga ada tripod, tinggal mengkolaborasikannya. Dalam hidup, rasa telaten, sabar dan legawa memang harus terus tertanam dalam diri. Asalkan laptop sudah ada, lahan untuk mengolah ide tidak lemot, bahkan tergolong kencang, karena laptop sebelumnya memiliki RAM 2, dan laptop ini RAM 4. Dan, tidak akan terlupa, laptop ini adalah hasil perjuangan suami saya. Sempat kemarin saya menyampaikan, karena saya membutuhkan laptop untuk merealisasikan agenda, saya ingin meminjam uang saudara untuk membeli laptop baru. Nanti pembayarannya bisa dicicil dari hasil usaha dengan alat laptop. Bisa saya usahakan dengan hasil bekerja dan memanfaatkan skill yang sudah saya olah selama ini. Ketika saya menyampaikan kepada suami, suami langsung meminta waktu selama satu hari lamanya. Beliau tentu memiliki banyak pertimbangan dan kalkulasi, bukan hanya masalah materi, melainkan biasanya, perkara utang piutang bisa meremukkan persaudaraan. Dan akhirnya, tiba-tiba beliau mengatakan, sudah ada laptop yang bisa digunakan, RAM 4 dan ROM 320 GB. Saya benar-benar bersyukur dengan usaha beliau, serta akan terus mengingat perjuangan untuk mendapatkan laptop ini. Suami saya menyampaikan, cara saya bersyukur bisa melalui jalan terus mengasah skill menulis, memanfaatkan jaringan, dan terus mengolah kemampuan dan potensi diri. Beliau mau saya memanfaatkan laptop ini sebaik-baiknya.

Diberikan ini olehNya, ibaratnya, saya sudah sangat bersyukur. Semoga bisa menjadi jalan ridaNya dan menjadi jalan untuk mewujudkan agenda-agenda yang sempat terbengkalai di tahun 2020 karena excuses yang saya beri tempat. Tahun 2021 harus terealisasi semua agenda yang sudah saya bidik. Tidak ada alasan lagi, meski tahun ini saya akan melahirkan bayi, buah hati pertama suami dan saya, saya tidak boleh memberi excuses. Time management harus diolah secara baik. Karena kematian tidak mengenal waktu. Sewaktu-waktu, jiwa ini bisa pulang, kapan saja ketika Allah menghendaki. Pun selain itu, sejak kecil, saya ingin sekali si kecil terbiasa dengan perjuangan dan kata. Bahkan harapannya, sejak dalam kandungan, selama fisik baik-baik saja, saya ingin mengajaknya berjuang.

Mungkin kali ini, ini saja catatan ringannya. Untuk konten yang disampaikan oleh Gus Ulil dan Ibu Nurul Chomaria akan saya ulas dengan ulasan sedikit serius. Saya merasa memang harus belajar menulis dengan kriteria yang disampaikan oleh Gus Ulil. Meski mungkin nanti akan babak belur, tapi tidak apa. Semoga proses demi proses bisa berjalan dengan lancar. Allahumma yasirlana wa laa tuasirna. Amin.

Blitar, Sabtu, 06 Februari 2021

Di kamar tercinta, bersama suami yang sedang terbaring di tempat tidur.

 

 

 

Comments

Post a Comment