Dr. Naim dan Menulis
Dari berbagai teori menulis,
saya paling menyukai gaya dan anjuran yang diberikan oleh Dr. Naim. Oleh Bang
Woks, salah satu sahabat literasi di Sahabat Pena Kita Tulungagung diistilahkan
sebagai ‘Naimisme’. Jika memang ada aliran tersebut, saya pasti langsung ikut
berbaris sebagai pengikut.
Saya paling senang ketika
menemukan pembantah ‘alasan’ untuk tidak bergerak produktif. Pembantah untuk
tidak menulis pertama kali saya temukan ketika mengikuti workshop yang diadakan
oleh kawan-kawan BKI di kampus IAIN Tulungagung, dengan pembicara utama Dr.
Ngainun Naim. Tahun 2017 tersebut adalah pertama kali saya melihat langsung
sosok yang sering dibicarakan oleh kawan-kawan dan para dosen. Sangat
disayangkan memang, tidak mengenal beliau selama saya kuliah S1 di IAIN
Tulungagung. Sebaliknya, saya hanya mendengar nama beliau saja. Meski begitu,
saya tetap bersyukur, karena ketika mendapatkan kesempatan untuk studi di
bangku S2, saya bisa mengenal beliau melalui mata kuliah ‘History of Islamic
Civilazition’. Pun bisa mengikuti beliau untuk ikut di salah satu komunitas
literasi, sehingga dunia literasi bisa saya cecap dan saya rasakan. Ditambah,
ketika mengikuti beliau, ternyata membawa saya untuk mengenal murid-murid
beliau yang sangat keren dengan karya dan produktivitas yang tidak diragukan.
Dua murid beliau yang menjadi teladan dan idola saya hingga saat ini adalah Mas
Saiful Mustofa dan Mas Habib. Tulisan kedua dosen itu benar-benar renyah dan
bergizi. Saya selalu merasa mendapatkan pencerahan luar biasa setelah membaca
karya-karya beliau berdua.
Workshop yang mempertemukan Dr.
Naim dengan saya kala itu bertema ‘Self Healing’. Dr. Naim memberikan pembuka
yang sangat menarik dan masih saya ingat hingga sekarang, yakni, ‘bagaimana
bisa Self healing dilakukan melalui menulis? Padahal biasanya jika mahasiswa
diajak menulis malah berdampak stres. Nah ini kok bisa menulis malah
menyembuhkan diri?’ Dengan gaya beliau yang khas dan humoris, kami, para
peserta tertawa ketika mendengar tuturan pembuka beliau. Selanjutnya,
kesimpulan dari self healing melalui menulis tersebut saya dapatkan. Menulis
bisa dijadikan sarana sebagai penyembuh diri, karena kata mampu mendengarkan
uneg-uneg manuisa, tanpa membantah, tanpa menghakimi, tanpa menyebarkan kepada
orang lain. Kata adalah salah satu sahabat terbaik bagi manusia ketika tidak
ada lagi telinga yang mendengarkan. Kata mampu menyimpan rapat segala rahasia
yang kita tuliskan. Pun, manusia memang membutuhkan pendengar terutama ketika
sedang terhimpit oleh masalah. Kata bisa memerankan pendengar yang sangat baik,
bahkan sering tidak sengaja ketika kita menulis, kita juga menemukan beragam
solusi yang muncul dari pikiran-pikiran kita. Itulah sebabnya, salah satu self
healing bisa dilakukan melalui menulis. Jarang kita temukan seorang penulis
yang memiliki masalah psikologi terutama stres. Sebab penulis sering bisa
menempatkan diri kapan menyeimbangkan otak kiri dan kanan, mengimbangi hal
ilmiah dengan sastra, mengimbangi sains dengan seni. Sehingga hidup mereka
kebanyakan baik-baik saja, karena terus berkutat dan memotret fenomena-fenomena
kehidupan berikut dengan problem solvingnya.
Tersebut adalah hasil yang saya
dapatkan dari workshop dengan beliau. Teori yang beliau berikan sangat menohok,
ditambah dengan pemaparan yang sederhana, mudah dicerna dan sangat mengena.
Selesai workshop, saya mendapatkan kesempatan untuk berdialog kepada beliau.
Saat itu, pertanyaan saya adalah ‘bagaimana bisa mempertahankan diri untuk
terus produktif menulis ketika environment kita tidak bisa mensupport kita?’
Jawaban beliau singkat, padat dan sangat mengena. Beliau memaparkan, ‘sebisa
mungkin kita yang membuat arus di lingkungan, bukan malah kita yang ikut arus.’
Saya merasa jawaban tersebut adalah apa yang selama ini saya cari. Seiring
seirama dengan kalimat ‘ketika sekelilingmu gelap, curigailah jangan-jangan
engkau adalah cahaya yang akan menyinarinya.’
Selesai itu, saya langsung
berusaha mengorek informasi tentang beliau. Saya ingin memiliki karya fenomenal
beliau, yakni The Power of Writing, The Power of Reading dan Proses Kreatif
Penulisan Akademik. Buku-buku itu adalah buku-buku pertama saya yang kemudian
membuat rak buku kecil saya saat ini penuh, dan membutuhkan tempat baru untuk
menyimpan buku. Dari menelaah dan membaca karya beliau tersebut, membuat saya
sangat mencintai ilmu melalui buku dan rela menyisihkan uang yang mulanya untuk
membeli segala perlengkapan fashion, kemudian beralih demi buku. Memang,
mengikuti tren bisa memberikan tampilan yang cantik. Tapi bagi saya, seorang
perempuan yang cantik tanpa didukung dengan pemikiran yang tajam hanyalah cantik
semu dan belum mencapai taraf kesejatian. Saya ingin menjadi perempuan yang
cantik luar dalam, cantik tampilan, pemikiran dan attitude. Itu standar yang
saya gunakan selanjutnya.
Selain itu, hal yang paling
istimewa diberikan oleh Dr. Naim adalah, beliau memberi contoh real, bukan
hanya memerintahkan kita, mahasiswa beliau untuk menulis, sedang beliau tidak.
Selain keistikomahan beliau tersebut, Dr. Naim juga selalu membuka peluang bagi
siapa saja yang mau belajar menulis. Beliau tidak melakukan perhitungan masalah
materi, bahkan sebaliknya, beliau rela berkorban secara materi untuk membuka
jalan kepada orang lain. He is that
special.
Berkaca dari hal tersebut, saya
benar-benar merasa sangat beruntung bisa memiliki sanad menulis dari beliau
langsung. Syukur alhamdulillah, sebuah nikmat dariNya yang sangat luar biasa.
Bahkan dari motivasi dan teladan yang selalu beliau gemakan, pernah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menerbitkan buku di salah satu penerbit nasional.
Saya benar-benar tidak akan melupakan momen itu, momen ketika karya saya
dipasang di toko Gramedia seluruh Indonesia. Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan
yang teraduk menjadi satu. Dan cukup menggelitik untuk segera melahirkan karya
selanjutnya, selanjutnya dan terus sampai akhir hayat. Semoga ‘anak kedua’ yang
sedang saya kandung saat ini segera mendapatkan momentumnya untuk terlahir dan
menebarkan manfaat.
Blitar, 18 Feb. 21
Psykological self healing merupakan salah satu metode penyembuhan trauma kejiwaan karena berbagai tekanan psikologis yang mendera seseorang dan salah satu jalan keluarnya lewat jalur menulis. Sedangkan jalur lainnya bisa ke psikoterapi atau psikiater dan bisa juga ke hypnosis.
ReplyDeleteMenulis dalam konsep self healing berarti
Menulis = sehat (pikiran dan juga finansial)
Semangat Bu.
Terima kasih atas pemaparannya, Pak Sam. Wah luar biasa sekali. Semoga bisa selalu sehat lahir batin, plus financial ya Pak 😂😀
Delete