MAWAR PUTIH

 


Aku duduk diam di kursi kerjaku, sembari melihat setangkai mawar putih yang sudah mengering. Masih menatap bunga kering itu, aku mencoba meraba luka hati yang juga sudah kering. Sebuah senyuman simpul tiba-tiba hadir. Dahulu, saat luka ini masih teramat basah, yang aku lakukan hanya menyiraminya dengan air mata. Ribuan malam kuhabiskan dengan menenggak pilu dan duka. Ribuan siang kulalui bagaikan mimpi. Terus begitu, sampai aku lupa, bahwa luka ini pernah ada. Mengingatnya, membuatku kembali kepada malam-malam yang teramat panjang itu. Rasanya aku masih bisa mendekapnya, mendengar suaranya, memeluk jiwanya. Namun, bukankah aku sudah tiba di waktu sekarang? Kejadian itu sudah berlalu terlampau jauh. Jarak hari ini dan dahulu sudah terlampau jauh. Tidak seharusnya aku kembali mengingat-ingat luka yang disembuhkan oleh waktu.

Aku seperti berlari, menetap sebentar di alam mimpiku. Di sana, ada aku, dan beliau. Aku memperbaiki turban putihnya yang bersih, melilitnya di kepalanya. Dengan matanya yang tajam, namun teduh, beliau menatapku. Sebuah senyuman yang teramat manis serta gagah tersungging di bibir merah mudanya. Tangannya tidak mau melepas dekapannya di pinggangku. Harum tubuhnya membuatku rindu. Rambutnya yang ikal, rapi dan wangi membuatku mudah memasangkan turban putih itu di kepalanya. Selesai itu, beliau berdiri. Tubuhnya yang tinggi membuatku harus mendongak saat melihat beliau. Kucium tangannya, sebelum beliau berangkat. Tidak lupa, beliau mencium keningku. Sebentar saja, aku mendekap badannya yang jenjang dan tegap, sembari aku membisikkan, “Tolong berhati-hatilah, dan jagalah hatimu hanya untukku saja.” “Zahra seorang sudah sangat cukup duduk di istana hatiku, tidak perlu yang lain,” ucap beliau sembari memelukku sekali lagi.

Aku diam melihat siluet itu. Meski hanya sebatas siluet, aku melihat punggungnya semakin jauh, dan berangkatlah beliau dengan mobil putih itu. Dan itu adalah terakhir kali, aku melihatnya.

“Perpisahan bukanlah tentang jarak dan waktu, bukan pula tentang hidup dan mati. Perpisahan adalah tentang surga dan neraka. Tolong jagalah semua yang pernah kuajarkan padamu, Sayangku.”

Kalimat terakhir yang kudengar adalah kalimat itu. Dungunya aku, tidak memahami dengan jelas maksud dari itu semua. Aku tidak pernah menyangka jika beliau sedang berpamitan dariku. Pergi ke tempat yang teramat jauh, yang tidak akan pernah mampu kujangkau lagi. Dan setelah itu, selesailah semua tentang beliau. Yang ada hanya episode-episode lalu, yang hanya kuulang-ulang di memoriku.

“Mawar putih ini sudah layu dan kering lagi. Ini adalah mawar ke sekian ribu, yang kukirimkan untukmu, di sana.”

Aku kembali ke duniaku. Air mata sudah menganak-pinak di pipi. Mengingat hal ini, membuatku menangis. Air mata tidak pernah mampu terbendung, saat aku mengingatnya.

“Mama!” Aku menoleh.

“Mama! Mengapa Mama menangis?” tanya putri kecil itu, sembari mengusap pipiku dengan punggung tangannya.

“Terima kasih, Putri Cantik Cinta.”

“Mama kenapa?”

“Mama baik-baik saja, Sayang.”

“Mama tidak boleh sedih.”

“Bagaimana mungkin mama bersedih, sedangkan ada kamu, sebagai pelipur lara hati mama?”

“Papa datang, Ma!” teriaknya.

Kemudian, suamiku datang, membawakan kue kesukaanku, kesukaan putriku. Wajah beliau yang riang membuatku tersenyum.

“Kasih Mama ya kuenya!” ucap suamiku kepada putriku sembari jongkok, menyamakan tingginya dengan putriku. Cepat-cepat aku menghapus air mata yang sudah mulai mengering.

“Terima kasih, Sayang. Selalu memberikan apapun yang aku mau.”

“Demi istri dan anakku, aku akan berjuang untuk kalian.”

Aku tersenyum, mencium tangannya. Tangan yang tidak pernah lelah mencukupi kebutuhan kami sekeluarga. Tangan yang ingin memastikan bahwa kami tidur dengan nyenyak, makan dengan cukup, berpakaian dengan pantas. Aku tersenyum, berpamitan kepada beliau, dan kembali hidup untuk hari ini.

 5 Desember 2024

Comments

  1. Wui keren sekali. Ajari aku dong gmn caranya menyusun kalimat yg menghidupkan gini. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya pernah dengar Mbak, dari Dr. Fachruddin Faiz, yakni jatuh cinta dan patah hati itu energinya besar. Pakailah untuk hal-hal produktif. Hihihi

      Delete
  2. Instagram nya ada kah mba zahra?

    ReplyDelete

Post a Comment