Lika-Liku Suka-Duka dalam Karir




 Jika dihitung, 2020 menuju ke 2024 memiliki jeda empat tahun. Tahun 2020 adalah masa wisuda magister saya. Terhitung dari 2020 ke 2024, bisa dikatakan saya menganggur atau belum bekerja tetap. Beberapa kali, saya mendapatkan tawaran sebagai pendidik di lembaga yang bergengsi. Namun karena dahulu mengutamakan idealisme, dan egoisme saya harus menjadi dosen, saya mengundurkan diri. Pada masa itu pun, saya sudah hamil, sehingga memilih sebagai full mom sembari menunggu adanya informasi untuk target tersebut. Hanya saja, dua tahun berlalu, saya sudah mencoba berbagai jenis tes, saya gagal menjadi dosen. Ada yang sudah gagal saat administrasi. Ada juga yang gagal saat SKD, di tempat almamater saya. 


Kemudian, saat jeda tidak mengajar sudah cukup lama, dan saya sangat rindu mengajar, ada lowongan. Administrasi lolos, selanjutnya panggilan wawancara. Saya melamar di MAN 3 Blitar. Sayangnya, dari sekian pelamar, ternyata saya belum memenuhi kualifikasi. Alhasil, saya mencoba peruntungan yang lain. 


Teman wawancara saya, memberikan brosur dibutuhkan guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta. Karena sudah bertekad, saya pun mencobanya. Ternyata, saya berakhir dengan diterima. Senang, tentu saja. Sebab saya akhirnya bisa menghirup hawa kelas, suasana yang sangat saya rindukan. 


Dari perjalanan itu, saya mencoba berdamai. Sering saya bertanya, kenapa jalan saya menuju ke dosen sangat sulit, Tuhan? Apakah saya tidak pantas? Sedangkan ambisi saya, Engkau tahu, betapa saya sangat menggilai untuk duduk bersama orang-orang yang haus ilmu. Bersama mereka, ikut serta melaksanakan tri dharma. Namun, kenapa selama ini saya hanya bisa menjadi guru? Sedangkan menjadi guru, bukanlah keinginan saya. Bukan karena mengajarnya. Saya sangat mencintai mengajar. Kelas berapapun, saya bisa berteman dengan mereka dari pengalaman mengajar yang saya miliki. Hanya saja, saya tidak suka hal-hal teknis seperti batasan pakaian, pelarangan penggunaan eye shadow atau blush on (make up). Saya menginginkan kebebasan. Dan kebebasan itu, saya dapatkan di perguruan tinggi. Akhirnya, saya mulai sumeleh. Bagaimanapun saya sudah mengajar. Saya tidak boleh menggerutu. Saya harus bisa menikmati hari ini lebih dari diri saya kemarin. Akhirnya, saya selesai dengan polemik internal. 


Beberapa bulan mengabdi di tempat tersebut, menjelang akhir 2022, saya mendapatkan tawaran dari kawan S2 saya untuk ikut berjuang, memperjuangkan kampus baru di Blitar. Meskipun mengajar, saya juga menyambi untuk mengerjakan RPS, kurikulum dan beberapa hal lainnya. Selain itu, saya juga ikut rapat terbatas bersama orang-orang baru, orang-orang yang sudah berpengalaman sebagai dosen sebelumnya. Betapa saya sangat gembira dengan hadiah tak terduga tersebut. Dalam hati begitu menantikan hari-hari tersebut. Namun saya yakin, semua bunga dimulai dari kuncup, baru bisa bermekaran. 


Hari berlalu, bulan berganti. Tiba-tiba,  lingkungan tempat mengajar saya sudah tidak sehat. Saya pun merasa kurang sesuai dengan target 'lari' yang saya bidik sebelumnya. Hanya saja, saya terus mencoba legowo. Namun, semakin hari, saya merasa tidak lagi nyaman. Sorot mata rekan kerja saya sudah redup, bahkan beberapa menyalak-nyalak. Saya pun bertanya, ada apa? Mengapa tiba-tiba mereka demikian? Siapa yang memercikkan api kebencian? Bekerja di tengah orang-orang yang tidak sehati sungguh sulit. Saya menghadapi masa yang cukup sulit saat itu. Sebab api kebencian benar-benar saya rasakan. 


Di tengah-tengah kecamuk yang begitu membingungkan, saya mendapatkan telepon dari Pak Nur Rohman, WAKA Kurikulum MAN 3 Blitar. Beliau menyampaikan, meminta saya untuk menjadi guru bahasa Inggris di MAN 3 Blitar. Saya terlena. Saya bingung. Menjadi dosen adalah ketidakpastian kapan waktunya. Sedangkan ini kesempatan untuk masuk di sekolah negeri di depan mata. Saya semakin galau. Akhirnya saya mencoba berdiskusi dengan suami. Jawaban beliau, "Jika kamu mau menjadi guru, ambillah. Jika ingin menjadi dosen, tunggu yang di Blitar." Kalimat itu yang beliau sampaikan. Saya semakin galau dan kacau. Tempat lingkungan mengajar saya sudah semakin tidak sehat. Ada kesempatan jelas di depan, saya diminta memilih. Jika memilih, tentu saya memilih menjadi dosen dibandingkan guru. 


Waktu berlalu. Saya hamil kehamilan kedua. Fisik saya semakin tidak baik. Fisik yang mudah sakit ini akhirnya banyak izin di sekolah. Ada bahan yang bagus, tentu tidak akan dilewatkan oleh pembenci untuk membakar bara yang siap menyala-nyala. Akhirnya, demi kesehatan mental, saya mencari alasan untuk resign. 


Sebetulnya, saya sudah berjanji dengan diri saya sendiri akan bertahan di sana hingga menjadi dosen. Sebab tujuan karir saya adalah dosen dengan tri dharmanya. Karena tidak berniat karir, tujuan awal saya tentu untuk mengabdi. Sayangnya karena saya merasa ada yang menebarkan paku di jalan pengabdian saya, saya memilih berpamitan. Saya tidak ingin menjadi lebih unggul dari siapapun. Saya hanya ingin menjadi better person from me yesterday. Selain itu, setiap orang berpotensi menjadi cahaya. Akan tetapi, saya merasa tidak mampu memendarkan cahaya saya di sana, atau di situ bukan tempat saya, maka saya mundur. Apa yang perlu saya pertahankan mati-matian di sana? Tidak ada. Perhitungan saya, saya memilih mundur. Siapapun yang saya rasa sudah menancapkan duri saat itu, balasanmu adalah urusan-Nya. Sebab tanamanmu demikian, tentu yang dipetik juga demikian.


Waktu berlalu. Tahun 2023 tiba. Saya mendaftarkan diri untuk CPNS. Selama kurang lebih dalam kurun satu tahun, saya belajar. Namun ternyata, hasil SKD adalah 392 dengan predikat P. Baiklaaah. Belum rezekinya. Sembari menunggu, sembari bersama kawan-kawan pejuang UMINA, kami menyiapkan berkas visitasi dan lainnya. Bahkan saya berkesempatan untuk ikut bimbingan teknis di Tangerang. Senang bukan main. Circle saya adalah circle yang benar-benar saya harapkan. Saya mengenal Bunda doktor Bunda Nining, yang saya jadikan panutan. Beliau memiliki pendar cahaya yang bright sekali. Tapi beliau mengajak yang lain, ayo, publikasi ilmiah, ayo berkarya. Selalu ngoprak-ngoprak. Big love for her. 


Waktu terus berlari. Lama, tidak ada kabar terbitnya SK Univ. SK yang lain sudah turun. Alhasil, saya mulai kembali mensyukuri hidup, dengan Zoya. Zoya pun menempeli saya setiap saat. Saya nyaman dengan hidup saya, apapun kondisinya. Mau orang berkata apa, sudah bukan urusan saya dan bukan kendali saya. Saya hanya mengendalikan apa yang bisa saya kendalikan. 


Di saat saya mulai nyaman nonton drama China, mengajar di bimbel, mengajar private TOEFL, tiba-tiba pemberitahuan mendadak, SK Univ turun per tanggal 12 Agustus 2024. Kemudian, hari ini adalah pelantikan pejabat UMINA secara resmi. Qadarullah, saya terpilih sebagai Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Saya, yang belum pengalaman sebagai dosen sama sekali, begitu Allah ingin kabulkan, langsung diminta sebagai kaprodi. Rasanya saya mengharu-biru. 


Ya Allah, dulu pernah berburuk sangka jika saya tidak pantas. Ternyata Engkau hanya ingin saya mendapatkan pahala sabar, dan pahala berbaik sangka kepada-Mu. Dan hari ini, Engkau kabulkan langsung beserta bonusnya yang tidak pernah saya sangka. Saya sudah mengenal rekan kerja saya selama dua tahun. Dalam masa yang singkat itu, saya sangat bersyukur bisa memiliki circle orang-orang yang berlari untuk produktif. Mereka sebelumnya adalah pejabat dan dosen berpengalaman di sebuah universitas. Dan tiba-tiba, Allah tempatkan di sini. 


Benar kata Bunda Nining, kita akan mendekat kepada orang-orang yang frekuensinya sama. Mereka yang frekuensinya berbeda tidak akan pernah bisa dekat. Bersyukur sekali memiliki orang-orang yang ambisius untuk pengabdian, penelitian dan pengajaran. Semoga, semoga Allah mudahkan pertemanan kami sampai surga-Nya, sehidup sesurga. 


Blitar, 24 Agustus 2024



















Comments

  1. I read every single word thah u wrote. n i want u to know, that u've done ur best, u're amazing, big heart. yes, u did it. "hug"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Never imagine before that you visited my blog Bu Yanaaa, my partner who will be busy for every business we have later hihi. Thanks a million for your support, your hug. Love you more and more ❤❤❤

      Delete

Post a Comment