Menyusun Kurikulum Anak untuk Home Schooling

 





Sebagai seorang ibu yang memiliki banyak sekali waktu di rumah, saya ingin menyusun kurikulum untuk Zoya. Saat ini, putri kami sudah menginjak usia tiga tahun, di mana kemampuan berbahasa dan sosialnya berkembang dengan pesat. Sehingga, saya ingin membuat resume kurikulum dengan label home-schooling dengan mama di rumah. Setidaknya, kehadiran saya di rumah bisa memberikan pendidikan kepada Zoya, selain tentu saja menawarkan kasih sayang serta mencukupi kebutuhan hariannya.

Secara garis besar, saya membagi lima aspek yang akan saya ulik. Pertama, tentang jadwal harian atau daily activity. Kedua adalah tema untuk dongeng sebelum tidur. Ketiga adalah hafalan surah-surah Alquran serta doa-doa sehari-hari. Keempat adalah penguasaan soft-skill yang perlu dikuasai anak tiga tahun. Serta terakhir adalah penguasaan bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Mari kita ulik poin pertama, yakni penerapan jadwal harian. Meski tampak sederhana, namun hal tersebut penting untuk disusun agar waktu yang ada tidak terbuang, serta demi memaksimalkan potensi anak, baik waktu untuk bermain, belajar, belajar sambil bermain, atau aktivitas harian lainnya. Selain itu, anak akan dilatih untuk disiplin. Ketika sedini mungkin ia terbiasa dilatih untuk disiplin, misalnya jam bangun, jam tidur, jam belajar, jam bermain, maka kebiasaan itu akan mudah dibawa ketika sudah dewasa. Namun, jika sedari kecil tidak pernah diajari untuk disiplin dalam hidup, saat dewasa akan susah untuk berlatih disiplin. Tujuan penerapan daily activity adalah demikian.

Kedua, saya akan menyiapkan beberapa tema dongeng sebelum tidur. Setiap malam, Zoya selalu meminta saya bercerita. Kadang, karena tidak memiliki persiapan, akhirnya saya mengambil tema-tema sederhana, sehari-hari seperti kisah anak kucing yang sakit karena membuang sampah berserakan di rumah, kisah mama ikan yang membutuhkan perawatan saat sakit dari anak ikan, kisah kejujuran, kisah para Nabi dan Rasul, kisah sahabat Rasulullah Muhammad Saw., dan beberapa kisah harian. Jika saya kurang siap, sebetulnya saya cukup gagap saat bercerita. Karena saya harus memiliki persiapan, maka saya perlu menyusun beberapa tema yang bisa menjadi bahan cerita untuk Zoya dalam kurun waktu satu bulan. Harapannya, tema yang pernah dipakai, tidak lagi dipakai. Sehingga satu tahun, dia memiliki banyak sekali dongeng. Berdongeng di sini tentu saja tidak membiarkan anak pasif menjadi mendengar, menjadi reseptif saja terhadap input yang ia terima. Sebaliknya, anak diajak untuk menceritakan ulang, serta mengambil moral value dari kisah yang baru saja diterima. Hal tersebut dilakukan untuk mengecek apakan input yang kita berikan masuk di otak anak, serta mengasah kemampuan productive skill dari anak, salah satunya adalah berbicara.

Selanjutnya adalah membuat list tentang beberapa target hafalan surah-surah Alquran. Tentu saja, sebagai seorang ibu, saya ingin Nduk mendapatkan pendidikan terbaik. Sedangakn madrasatul ulanya adalah saya. Selain itu, saat ngaji, saya pernah diajari untuk mengajarkan Fatihah kepada anak. Jangan sampai Al-Fatihah diajari orang lain, sebab menjadi jalan pahala bagi seorang ibu. Fatihah senantiasa dilafalkan saat salat, seumur hidup. Selain itu, jika seorang ibu mengajarkan Fatihah, dan anak itu mengajarkan kepada anak-anak TPQ atau orang lain, atau anak-anaknya sendiri, itu akan menjadi pahala yang tidak terputus bagi seorang ibu, meski sudah berpulang. Oleh sebab itu, saya berusaha agar Zoya memiliki hafalan yang sering diucapkan sehari-hari dengan saya. Selain hafalan surah, saya juga mengajarkan untuk berdoa setiap melakukan kegiatan sehari-hari. Seperti doa makan, doa tidur, doa hujan, doa bepergian, doa minum, doa ke kamar mandi, dan lainnya. Harapannya, semoga doktrin ini melekat dan menjadikan hatinya bersih, terbiasa dengan Allah sejak kecil.

Aspek keempat adalah memperhatikan target skill yang dikuasai. Sebagai seorang ibu, penting untuk selalu memantau anak apakah ia sudah bisa melakukan hal-hal yang seharusnya dikuasai dalam usianya. Beruntung, saat ini kita tinggal di era digital, sehingga mengakses informasi sangat mudah. Dari youtube, dari website, kita bisa dengan mudah menemukan beragam informasi seputar tumbuh kembang anak. Jika mau, juga bisa membaca beberapa riset ilmiah terkait tumbuh kembang anak, sehingga lebih meyakinkan. Soft-skill yang perlu dikuasai oleh anak usia tiga tahun antara lain, etika dasar misalnya mengucapkan tiga kata sakti yang terdiri maaf, minta tolong dan terima kasih. Selanjutnya adalah menguasai komunikasi, misalnya ia bisa mengungkapkan perasaannya atau keinginannya. Mengajarkan kejujuran, serta mengajarkan bertanggungjawab. Hal kecil contohnya setelah mainan, anak diajak untuk merapikan kembali mainannya. Selain itu, anak juga harus diajari confidence. Jangan sampai orang tua menjadi orang yang membunuh karakter anak dengan terus dimarahi, dibentak, ditertawakan sebab anak melakukan kesalahan. Mari menjadi orang tua hebat yang tidak menuntut anak di luar kemampuannya. Mari menghargai pilihan anak, serta memberikan pilihan dan konsekuensi dari setiap pilihan yang ia punya.

Aspek terakhir adalah pengajaran bahasa. Bahasa pertama atau bahasa ibu dari anak saya, adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sehingga, bahasa Inggris akan termasuk foreign language baginya. Akan tetapi, sebab saya menguasai bahasa tersebut, saya ingin menerapkannya sebagai second language untuk anak, sehingga ia bisa lebih mudah belajarnya melalui second language acquisition. Hal tersebut tidak bisa dilakukan tanpa persiapan. Lagi-lagi, sebab saya adalah orang yang selalu mempersiapkan diri, tidak bisa berangkat perang dengan bondo nekat, harus berlatih, bawa senjata dulu, baru berangkat, maka saya harus menyusun kurikulum pendidikan bahasa ini dengan baik. Harapannya, she will be able to communicate English since early age.

Menjadi orang tua, utamanya ibu memang tidak mudah. Itulah mengapa Islam sangat menjunjung tinggi derajat seorang ibu. Namun, jika dinikmati, ternyata nikmat juga. Kita bisa mendapat pahala dari jalan manapun. Selain itu, meski melelahkan, tapi kalau anaknya pandai dan memiliki skill, ibu mana yang tidak suka? Mengasuh anak, mempersiapkan pendidikan anak, semuanya memang melelahkan. Namun, sejatinya, tidak ada yang sia-sia. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga amanah-Nya. Semoga, apapun ikhtiar kita bisa menjadi wasilah turunnya rahmat Allah kepada kita. Amin.

Comments