Perindu yang Menjumpai Penawarnya: Naik Gunung dari Vlog YouTube




Akhir-akhir ini saya kembali berkutat dengan video yang berkaitan dengan gunung dengan alasan yang tidak lain tidak bukan adalah rindu. Seingat saya, saya banyak menghabiskan waktu untuk melihat video di YouTube dengan kanal Fiersa Besari, Prasodjo Muhammad dan Dzawin Nur ketika saya masih memasuki masa hening, yakni ketika hamil Zoya di trimester awal dan sedang mabuk-mabuknya. Setelah masuk trimester kedua, ketiga, hingga hari ini saat Zoya sudah memasuki usia 28 bulan, saya sudah sangat jarang sekali menonton YouTube. Membuka YouTube hanya untuk menengok kanal SantoonTV yang berisi tentang satire pemerintahan atau kejadian yang aktual, atau Devina Hermawan dengan resep-resepnya yang anti gagal. Itu pun saya tonton ketika sedang dandan atau saat hendak menyiapkan masakan.

Saya memilih kanal YouTube sebagai pengisi waktu luang, sebab buku-buku saya masih berada di Tulungagung. Insyaallah pekan depan keluarga kami akan boyong sekaligus tasyakuran pindahan rumah ke rumah Blitar. Boyong tersebut bukan hanya meja, kursi, lemari, baju-baju, atau perabotan lainnya yang dipindahkan dari Tulungagung ke Blitar, melainkan juga buku-buku saya. Semoga dengan hadirnya buku-buku tersebut di rumah Blitar bisa memberikan kemudahan untuk lebih produktif lagi, utamanya menghabiskan waktu luang untuk membaca, atau menyisihkan waktu untuk membaca. Sebab, rasanya tanpa membaca, pengetahuan menjadi kering. Sehari tanpa ada hal baru yang dipelajari, baik dari pengalaman, dari orang lain atau buku rasanya sangat melelahkan. Saat hendak tidur, sering bertanya kepada diri sendiri. Apa yang sudah saya lakukan hari ini? Dari ilmu yang sudah saya pelajari, apa kemanfaatannya? Allah memberi waktu yang sama dengan semua orang, yakni 24 jam, ada yang bisa menggunakan waktu tersebut dengan begitu baik, ada yang menghabiskan waktu tersebut dengan hal-hal yang kurang baik atau bahkan ada juga yang merasa kurang. Nah, saya termasuk yang mana? Jika pun hari ini masih diberikan napas, tentu dengan alasan bukan? Jika demikian, kesalahan apa yang perlu diperbaiki? Rencana apa yang akan dilakukan dalam waktu 24 jam besok? Seharusnya, sebagaimana nasihat Buya Hamka, yakni hidup tidak sekadar hidup, atau kerja tidak sekadar kerja. Jika hidup sekadar hidup, kera di hutan juga hidup. Kerja sekadar kerja, kerbau di sawah juga kerja. Semestinya, ada muhasabah atau hal baru yang bisa diambil setiap harinya.

Sebagai pengisi kekosongan tersebut, beberapa hari ini saya memilih kanal YouTube Dzawin Nur sebagai sumber belajar. Alasan pertama, Bang Dzawin ini orangnya kocak luar biasa, sehingga saya sangat menikmati video-videonya sebab bumbu-bumbu kekonyolan seperti itu. Saya juga memiliki circle amoh seperti itu, kebetulan kemarin baru meet up. Kami diperjumpakan dari hobi yang sama, idealisme yang sama, yakni menulis. Dan, bagi saya memiliki kawan yang kocak, apa adanya tanpa ada tedeng aleng-aleng sangat menyenangkan. Kita bisa frontal, tapi tetap bisa haha-hihi-huhu bersama. Bang Dzawin orangnya demikian, sehingga bagi saya, cocok ini kanal menjadi pengisi waktu luang.

Alasan kedua, Bang Dzawin baru merilis ekspedisi Langit Kelabu dengan tujuan untuk mendaki beberapa gunung angker di Pulau Jawa, seperti Gunung Kawi, Gunung Lawu, Gunung Salak dan lainnya. Kita tentu sudah biasa mendengar kisah mistis yang sangat kental di pegunungan. Biasanya banyak pantangan ketika di atas gunung. Namun Bang Dzawin ini malah menantang semua pantangan tersebut. Beliau ingin menggunakan rasionalitas tinggi. Membaca komentar-komentar dari para netizen di ekspedisi Langit Kelabu, banyak yang berterimakasih dengan keberanian Bang Dzawin dan tim yang memiliki slogan Pulang Bareng atau Hilang Bareng tersebut. Sebab, bisa membuka mata bahwa mistisisme yang berkembang pesat di Indonesia sebetulnya hadir dalam stigma masyarakat kemudian tumbuh dalam diri sendiri. Sehingga dengan prepare maksimal, menguasai medan, memiliki persiapan yang benar-benar matang bisa menghindari diri dari gagalnya summit sampai ke puncak hingga pulang dengan selamat. Bang Dzawin juga senantiasa mengajak timnya untuk mengatakan apapun yang dirasa mencurigakan, seperti suara aneh, atau wujud yang aneh. Sebab, Bang Dzawin akan mengejar hingga didapatkan dari mana sumber suara tersebut. Asli, keren banget pentolan Stand Up Komedi ini.

Alasan ketiga, editing video Bang Dzawin ini benar-benar keren. Saya tidak bosan dan menikmatinya. Pilihan back song dengan musik ber-genre rock, angle video, dan display-nya benar-benar keren. Standing applause buat timnya Bang Dzawin.

Alasan selanjutnya, saya selalu senang kisah perjuangan, termasuk salah satunya adalah pendakian. Meski kadang kita berpikir bahwa mendaki itu menghabiskan uang, melelahkan fisik dan lainnya, ya benar. Namun apa yang didapatkan setelah tubuh diajak berlelah-lelah seperti itu, benar-benar luar biasa. Bahkan banyak pendaki yang berangkat dengan patah hati, pulang mendaki, hatinya terobati. Nah, karena saya tidak bisa naik gunung, otomatis menonton vlog pendakian sangatlah asyik. Kisah perjuangannya untuk summit memberikan banyak pelajaran hidup, seperti untuk summit dalam puncak karier kehidupan, membutuhkan pergerakan, yakni badan dan pikiran terus diajak bergerak dan tidak berhenti. Seyogyanya, hidup juga demikian. Jika tujuan sudah dibidik dengan jelas, maka sekuat tenaga terus istikamah untuk tiba di tujuan tersebut. Namun jangan lupa menikmati pemandangan sekitar yang sangat indah. Jangan lupa juga untuk terus berada di tahap process oriented. Selain itu, dalam pendakian, senantiasa memberikan hal baru, senantiasa menghadirkan pengalaman baru, senantiasa memberikan banyak sekali pengalaman, cerita perjalanan atau cerita perjuangan yang senantiasa berbeda. Meski mendaki gunung yang sama, dengan view yang sama, bahkan dengan orang yang sama sekalipun tetap mampu menghadirkan sesuatu yang baru. Sebab mau tidak mau, episode yang diputar sudah episode yang berbeda, di waktu yang berbeda. Hanya mungkin sensasi de javu nya lebih kental.

Demikianlah catatan dari seorang perindu gunung, yang belum bisa mendaki gunung. Terima kasih kepada kawan-kawan yang memilih untuk mendokumentasikan momen mendaki kemudian mempublikasikannya. Setidaknya, perindu seperti saya memiliki obat penawarnya.






Hotel Surakarta, Tulungagung, 10 Desember 2023


Comments