Memaknai Hidup dari Kisah Drama



 Hidup begitu indah. Itulah yang saya tangkap, saat ini. Sejujurnya, malam ini saya baru menyelesaikan menonton salah satu drama China yang on going, yakni Who Rules The World. Drama yang dibintangi oleh Zhao Lusi dan Yang Yang tersebut mengisahkan tentang seorang raja dan ratu dari daerah yang mampu menduduki posisi kekaisaran. Akan tetapi, mereka tidak tamak, dan memilih untuk hidup sederhana di desa, menghabiskan detik demi detik bersama, dibandingkan menjadi seorang penguasa dunia, seorang kaisar dan permaisuri. Selain seorang raja dan ratu, mereka sewaktu muda juga merupakan sosok yang sangat dikenal di dunia silat, Bai Fengxi dan Hei Fengxi. Hidup di dunia silat sangatlah bebas, tidak seperti ketika mereka harus menduduki posisi raja dan ratu. Bahkan untuk makan saja, ada aturan. Itulah mengapa, ketika mereka telah memiliki Huang Chao, kawan seperjuangan mereka yang bijak dan mementingkan kepentingan rakyat, mereka mau meletakkan posisi kaisar, serta meninggalkan kehidupan istana. Di akhir kisah, Bai Fengxi dan Hei Fengxi hidup bahagia, di sebuah desa. Hei Fengxi bercocok tanam dan mencarikan ikan sebagai kebutuhan makan mereka. Bai Fengxi yang memasak di rumah.



Saya menemukan akhir kisah seperti ini setidaknya dalam dua drama, pertama Who Rules The World dan kedua adalah drama William Chen dan Yang Mi, dengan judul Novoland: Pearl Eclipse. Bagaimana saya bisa tertarik pada drama China kolosal?



Dahulu, saya menonton drama setelah memiliki Zoya, untuk pertama kali adalah untuk mengusir jenuh dan menghindari baby blues. Perbedaan pandang antara mertua dan saya dalam mengasuh Zoya kadang membuat saya tidak nyaman. Namun alhamdulillah, suami berkenan untuk kembali ke rumah kami lagi dan akhirnya berhasil pada fase menikmati momen berharga bersama Zoya hingga saat ini. Alasan selanjutnya adalah saya menonton drama untuk mengalihkan pikiran dari pikiran-pikiran negatif yang terjadi dalam realita. Pikiran sedih saat diperlakukan kurang baik oleh keluarga, atau pikiran sedih saat datang fitnah kepada saya. Namanya orang kecil, direndahkan, dicemooh, diurus hidupnya, bahkan difitnah, itu hal yang biasa. Saya tidak ingin menyeret pikiran saya untuk hal-hal tersebut. Saya benar-benar tidak ingin merasa kerdil dan rendah hanya demi hal rendahan seperti itu. Sehingga agar teralihkan, akhirnya saya memilih drama yang dibintangi oleh aktor-aktor tampan. Setidaknya saya tidak sedih, namun bisa tertawa bahagia. Hehe. Setelah fitnah itu surut dan tidak lagi mengganggu pikiran, baru saya bisa kembali pada aktivitas seperti biasa. Dan sekarang, mengapa saya menonton lagi, itu karena yang memainkan peran adalah aktris dan aktor favorit saya, pun sebagai hiburan. Sebab saya selalu memiliki konflik batin sepulang dari rumah Blitar. Intinya, saya butuh menyembuhkan diri, dan memastikan bahwa saya bahagia ketika merawat Zoya besok hari. Alhamdulillah, Allah titipkan kebahagiaan. Bahkan saya memiliki beberapa poin yang bisa dicatat dari drama yang baru saja saya tamatkan tersebut.

Kehidupan saya saat ini, bisa saya katakan, adalah kehidupan yang diimpikan oleh para kaisar yang ada di dalam beberapa drama China. Kehidupan seperti apa? Kehidupan yang bisa memiliki hubungan harmonis dengan suami, memiliki anak, hidup di rumah sendiri, memiliki kesehatan yang baik, memiliki pekerjaan yang bisa disambi dengan mengasuh bayi dan segala kebutuhan terpenuhi, tanpa kami harus nauzubillah, mengusik kehidupan orang lain. Saya tidak pernah merasa kekurangan finansial, meski saya tidak bisa menyebutnya berlebih. Untuk kebutuhan kami, Allah sudah menjaminnya. Setiap kami butuh, ada saja jalan rezeki kepada kami.

Suami juga mendidik saya untuk sabar dalam menghadapi beliau, menghadapi anak kami, atau menghadapi siapapun. Beliau tidak hanya berbicara, namun memberikan teladan. Papa tidak pernah marah, selelah apapun, jika beliau bisa, beliau akan membantu saya membereskan rumah atau bahkan setelah membereskan rumah, selanjutnya mengasuh putri kecil kami. Pernah suatu hari saya marah dan membentak papa, sebab saya benar-benar lelah seharian harus mengasuh Zoya ditambah saat itu, saya sedang sakit. Saya sedikit terlupa mengapa papa kurang bisa membantu saya. Sepertinya hari itu terjadi ketika ramadan, dan papa sedang ada uzur. Papa akhirnya sedih. Setelah memastikan bahwa saya sudah reda amarahnya, papa menyampaikan, bahwa beliau sangat sedih diperlakukan seperti itu. Padahal selama ini, papa tidak pernah mendidik atau mengajari saya dengan membentak, justru sebaliknya, papa selalu merendahkan suara beliau ketika berbicara kepada saya. Saya pun meminta maaf kepada beliau. Seperti biasa, beliau menyampaikan bahwa beliau sudah memaafkan sebelum saya meminta maaf dan menginginkan saya untuk mengingat, selelah apapun saya, jangan sampai membentak suami. Papa menyampaikan, itu dosa seorang istri. Saya menunduk, malu. Dan sejak saat itu, meski emosi sedang di ubun-ubun, saya memilih diam, dan alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan untuk kembali tersenyum dan tertawa dengan mas, meski tadinya ada sedikit kesal kepada suami.

Saya tidak tahu, apa yang sedang menunggu di depan sana. Yang pasti sedang menanti saya adalah kematian. Entah kapan ia tiba, ia pasti datang. Allah sudah memilihkan kisah yang begitu unik dan indah dalam hidup saya. Saya pun tidak pernah menyangka, jika jalannya berliku, berkelok, naik-turun seperti ini. Namun, semuanya tidak mungkin sulit, selama yang menjadi sandaran adalah Pemilik kisah-kisah ini. Apapun yang terjadi ke depannya, saya pasrahkan sepasrah-pasrahnya. Tugas saya hanya ikhtiar, selebihnya, biarlah dipilihkan oleh-Nya.

Dan kisah hari ini, memiliki hubungan yang hangat dengan keluarga, memiliki putri yang cantik menggemaskan, merupakan kisah yang diimpikan oleh para kaisar seperti yang saya sampaikan tadi. Mungkin dalam kehidupan nyata, hal tersebut memang ada. Manusia memang tempat mengeluh. Tidak akan pernah manusia selesai, meski sudah menduduki kursi tertinggi pun. Oleh karenanya, saya ingin mendidik diri sendiri untuk selalu bersyukur. Di luar sana, banyak yang sedang menunggu hadirnya kekasih hati. Di luar sana, banyak perempuan dan laki-laki yang menunggu hadirnya buah hati. Di luar sana, banyak perempuan dan janda yang merindukan suami yang bisa memperlakukan mereka layaknya ratu. Di luar sana, banyak yang ingin tinggal sendiri, tidak tinggal bersama mertua ataupun orang tua. Allah sudah menitipkan begitu banyak nikmat kepada saya. Meski memang saat ini, saya masih berada dalam tahap direndahkan, diremehkan, tidak dianggap, bukankah itu sangat tidak masalah? Yang memperlakukan hal tersebut hanyalah manusia, bukan Allah. Jika Allah masih bersama, maka tidak ada yang bisa mengusik hati ini. Terlebih, omongan atau fitnah yang seperti itu. Semoga Allah memberikan hati yang lapang dan pikiran yang jernih, agar terus mampu mendoakan kebaikan dan berbuat baik kepada mereka yang sadar atau tidak, berlaku demikian.

Hidup ini indah, penuhi harimu dengan syukur dan sabar, niscaya rahmat Allah tidak akan berhenti datang menghujani detikmu.

Tulungagung, 17 Mei 22

 

Comments