Hambur Lamunan
Angin berhembus, membelai wajahku pelan, seolah membisikkan kejadian-kejadian silam.
Tiga tahun lalu, di tempat yang sama, yakni lapangan Sumbergempol dekat Masjid besar Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, suamiku mendudukkan Zoya yang masih merangkak. Zoya kecil dengan badan gembulnya sedang berlatih grounding, mencoba merasakan tekstur rumput liar di lapangan. Suamiku selalu mengawasinya. Sesekali, Zoya tertawa-tawa sembari melihat layang-layang yang diterbangkan oleh bocah-bocah kecil. Aku membawa gendongan, sembari memotret, mengabadikan momen yang tidak akan terulang itu.
Aku tersenyum tipis, menyadari ternyata sudah tiga tahun, dan sudah banyak sekali kejadian yang telah berlalu.
Momen jalan-jalan sore, yang dahulu selalu kami lakukan sekeluarga sudah mulai hilang, tatkala aku dan Zoya pindah ke Blitar. Suami semakin sibuk kerja. Aku juga demikian, semakin sibuk dengan duniaku, dunia kerjaku dan duniaku bersama Zoya.
Hidup memang terus berlalu kan?
Walaupun pilihan itu sudah mantab, untuk cita, pemberdayaan dan untuk masa depan kami sekeluarga, terkadang aku merindukan momen ketika kami bertiga masih serumah. Hidup kami sederhana. Jauh dari kata mewah, namun tawa tidak pernah lepas dari hati dan hari kami. Kehangatan yang sangat dirindukan.
Sebuah motor tua yang dikendarai oleh petani sepuh dengan rumput di belakangnya membuat debu menari, membuatku harus menutup mata dan hidung dalam sesaat.
Lamunanku berhamburan. Aku tersenyum kembali. Bukankah saat ini, aku hidup dalam impian yang pernah aku doakan sebelumnya? Bahkan mungkin tiga tahun lalu, aku sudah berdoa untuk kehidupanku kini bukan? Aku sudah menggenggam impianku. Bahkan sudah pernah menjabat dua jabatan struktural dalam waktu yang sangat singkat ini. Dua atau tiga? Tiga sepertinya, walau yang satunya masih Plt. Lantas, kenapa aku masih mengeluh? Apakah aku sedang mengeluh?
Sebuah senyuman aku kembangkan. Awan di langit berarak-arak. Langit biru bersih menawan. Sembari menengadahkan wajah, aku mengucapkan syukur kepada Rabbku. Betapa aku mencintai semua takdir dan cerita yang dipilihkan-Nya kepadaku.
Tulungagung, 06 Juni 2025
Semangat mbak, hidup terus berlanjut dan dijalani. Walau harus meninggalkan sejengkal kenangan indah
ReplyDelete