Hidup dan Mati Ribuan Kali



Duniaku yang sekarang adalah dunia yang tidak membuatku merasa jatuh dalam kubang duka. Pakaian duka telah kusibak. Pakaian suka telah kukenakan. Meski tidak tampak mulia di mata manusia, hatiku tidak terluka. Aku memilih memaafkan, mengikhlaskan dan pergi menjauh dari segala hal yang membawa ingatanku pada mendung kelabu. Rasanya masih sakit, ngilu dan berdarah. Bagaimana lagi, ujianku memang ini. 

Mungkin dulu aku memang mendambakan kemuliaan yang tinggi, terlalu tinggi, yang bahkan sebelumnya tidak pernah hadir meski sebatas angan. Tiba-tiba ada harapan dan terbanglah jauh di langit. Dan tiba-tiba sandaran itu hilang. Jatuhlah, sejatuh-jatuhnya. Remuklah seremuk-remuknya.

Setelah itu, aku tidak tahu bagaimana bertahan hidup. Napasku tersengal. Aku sekarat setiap detik. Apapun yang bisa membuatku lupa, akan aku lakukan. Bagaimanapun aku masih hidup dan harus hidup. Sekelebat saja sesuatu yang membawaku pada memori itu, akan membuatku sekarat kembali. Aku mati dan hidup ribuan kali. Hingga aku benar-benar memilih untuk menjauh, menjauh dari hal-hal yang sering membuatku mengingatnya. 

Jika dahulu kemuliaan melekat padanya, mungkin aku mendekati kehinaan. Jika dahulu, kesalehan melekat padanya, mungkin aku mendekati kefasikan. Aku sudah meminta pada Rabb seru sekalian alam, bahwa aku melakukan ini hanya untuk hidup. Dan aku terus meminta,memohon belas kasih Sang Mahaasih, untuk menerima, membuat hatiku menerima.

 Namun ternyata, apa yang Rabb siapkan benar-benar di luar bayangan. Sebagaimana atsar Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahwa "Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu, selepas kesabaran yang kau lakukan, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit." 

Hidup terus berlalu. Detik berlari, tahun berganti. Meski kemuliaan yang kudamba tidak sebagaimana sebelumnya, namun kepedihan yang hadir juga tidak sebanyak sebelumnya. Tentang kesalehan, hanya Allah yang paham dan pantas menilai hati hamba-Nya. Kita tidak pernah tahu akhir seperti apa yang akan dihadapi setiap manusia.

Sayyidina Umar bin Khattab r.a, pernah ingin membunuh Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Namun kini, makam beliau bersebelahan dengan makam baginda Rasulullah Muhammad Saw. 

Pendosa yang bertaubat, dengan kehinaan dan kesungguhan, akan membuahkan maghfirah, rahmat dan kasih-Nya. Memang amal kita tidak mampu menggapai-Nya, namun rahmat-Nya akan selalu bercucuran untuk seluruh hamba-Nya terlebih kepada mereka yang mengharu-biru, menunduk dan pasrah terhadap kehidupan yang Allah berikan, berusaha rida dan berhusnuzan apapun yang dihadirkan dalam hidup. Sakit (kehinaan) yang membawa ketaatan, sesungguhnya itu adalah sebenar-benarnya sehat. Sehat (kemuliaan) yang membawa pada kemaksiatan, sesungguhnya ia adalah sebenar-benarnya sakit.

Blitar, 23 Februari 2024

Comments

  1. Kehinaan itu betul menyakitkan. Tapi jika merenungkan yang Allah takdirkan, itu lebih baik. Walaupun hati ingin berontak untuk menolak kehadirannya. Kehinaan adalah pakaian yg dapat menutup diri dari sikap sombong. Dan kemuliaan tanpa iman akan membawanya dalam lubang yang sesungguhnya hina di mata Allah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Siti, sudah lama saya tidak mengunjungi blog sampai berdebu. Akhirnya baru bisa membalas sekarang. Terima kasih nggih Mbak sudah berkenan mengunjungi dan membaca catatan sederhana di atas. Terima kasih juga untuk feedbacknya. Saya sangat mengamini apa yang Mbak Siti sampaikan.

      Delete

Post a Comment