Angin Segar


Rasanya, keju dan pegal linu menyerang seluruh saraf di otak dan hatiku. Untuk mengatasi itu, aku segera memutuskan melakukan pijat otak dan senam dalam memandang realita. Kacamata yang beberapa hari terakhir ini kugunakan segera kulepas, dan aku mengambil kacamata baru yang menawarkan kesejukan serta angin segar dalam memandang realita.
Kemarin ya sudah menjadi kemarin. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah memandang bagaimana aku sekarang dan nanti. Sebab sesal tinggallah sesal, dan aku tidak ingin meratapi hal-hal yang tidak mungkin dapat diubah.
Angin segar kali ini adalah tentang tesis. Setelah beragam ujian yang mencoba mencabik, aku segera mafhum dan menjalin komitmen kepada diriku sendiri. Menatap ibu dan bapak yang setiap hari bekerja keras membanting tulang, rasa nyeri muncul di dalam hati. Tiba-tiba ada luka yang disebabkan belum bisa lulus di tahun ini, belum bisa membahagiakan ibu dan bapak. Ya, beliau berdua telah menerima keadaanku. Namun, aku tidak boleh loyo. Peluh, kerja keras dan air mata ibu dan bapak adalah cambuk yang sangat keras untuk melecut semangat yang selama ini nglimpruk. Tidak ada lagi kata 'nanti'. Harus sekarang juga belajar dengan kesungguhan dan totalitas. Bukankah ini yang kuharapkan? Berapa lama lagi aku akan menghabiskan waktu di rumah ini, rumah tempatku tumbuh sejak aku bayi?
Usiaku sudah menduduki pada angka 24 tahun. Kupikir ini bukan lagi usia muda yang bisa have fun dengan segala pernik dan warna-warni remaja. Mau tidak mau, jenjang dewasa sudah kuinjak. Aku memerlukan pandangan baru untuk menatap ke depan. Pandangan bahwa, Allah masih memberikan napas hingga aku sekarang. Keyakinan bahwa, Allah telah memilihkan ujian yang tepat dan sesuai dengan kemampuanku sebagai hamba-Nya, Allah telah menghadirkan apa-apa yang aku butuhkan dengan sangat baik dan tepat, sesuai porsi dalam kacamata-Nya, dan sudah tentu, Allah menginginkan semua hal terbaik untukku, sebagai seorang hamba. Pengetahuan ini tidak mungkin bisa kudapatkan kecuali Allah mengizinkan aku untuk menenggak nikmat mengingat-Nya. Dia adalah Sumber segala hidup, dan benar saja, ingkar serta melupakan-Nya seperti berjalan dan menyerahkan hidup kepada kematian. Semoga Allah berkenan untuk memberikan nikmat ibadah ini, hingga napas terakhir terembus dalam hidup.
Angin segar kali ini menawarkan senyuman dan kebahagiaan yang rasanya tidak ada lagi bahagia kecuali berjumpa dengan baginda Nabi Muhammad Saw., dan menatap Sang Kekasih dengan kedua mata. Bahagia yang melepaskan seluruh perkara duniawi dan mengakukan aku, serta menerima dan rida terhadap takdir yang Allah pilihkan, tidak dapat kukatakan betapa lezat rasanya. Inilah angin segar itu, setelah kering melanda seluruh hidup. Inilah angin segar itu, peleas dahaga dan runyamnya perkara yang melilit jiwa.
Semoga Allah berkenan terus memberikan nikmat ibadah ini kepada kita semua. Amin. Selamat datang lembar baru, selamat datang pagi, dan kehidupan yang lebih baik.

Comments