Thesis, I Am Ready for You
Masa itu tiba. Sebuah kala di mana aku tidak memiliki lentera kecuali aku menyalakannya sendiri. Ya. Aku dan kawan-kawan seperjuangan telah sampai pada titik penulisan tesis. Apakah tampak susah? Bisa dijawab iya ataupun tidak, bergantung pada kacamata dan konteks seperti apa yang dihadapi.
Tahun lalu, di kelas, Dr. Ngainun Naim,M.HI pernah menyampaikan, "Tahun depan, bulan Desember, setidaknya kalian sudah memiliki naskah proposal yang siap diujikan." Tahun depan dari tahun lalu adalah sekarang. Pertanyaannya, apakah aku sudah memiliki target yang dibidik itu? Baiklah. Biar kujawab sendiri.
Menyelesaikan tulisan akhir studi tidak bisa dikatakan mudah, namun juga tidak sulit. Menilik pengalaman dua tahun yang lalu, ketika aku menulis skripsi, tantangan terbesarku adalah diriku sendiri. Meski dalam segala hal, rival paling mematikan memang diri sendiri, namun saat itu, aku menghadapi situasi yang sebelumnya tidak kuhadapi.
Lingkunganku bukan lagi lingkungan akademis, melainkan lingkungan rumah. Jangan ditanya bagaimana aku mengerjakan skripsi. Memang dari sekian gelombang, aku bisa rampung pada gelombang ketiga. Akan tetapi, dengan terus mengulur waktu, aku tidak bisa merampungkan pada gelombang awal. Adakah rasa sesal karena tidak lulus segera? Tidak. Tetapi yang paling membuat aku menunduk adalah bagaimana buruknya manajemen waktuku kala itu. Seharusnya aku bisa begini, begitu dan sebagainya.
Menoleh dalam penulisan skripsi itu memang cukup membentak diri. Tidak boleh dan bahkan sangat tidak boleh jika aku menjatuhkan diri di lubang yang sama. Jika demikian halnya, apa gunanya aku belajar apabila tidak bisa memetik buah hikmah pun menerapkan dalam realita.
Sedikit flashback, saat itu aku akhirnya memutuskan untuk merampungkan skripsi di kos lagi. Sebab rumah menjadi momok mematikan karena aku belum bisa mengontrol atmosfer lingkungan.
Suatu hari, saat mendekati jadwal ujian sidang, ada sebuah workshop menulis dengan Dr. Naim. Hampir empat tahun menjelajahi IAIN Tulungagung, baru kali itu aku bertatap muka dengan Dr. Naim. Alhamdulillah juga, aku berkesempatan untuk berdialog dengan beliau. Pertanyaan yang aku ajukan adalah "Bagaimana caranya mengontrol diri ketika lingkungan tempat kita berpijak tidak memiliki dukungan dalam berliterasi?" Dengan style beliau, beliau pun menjelaskan bahwa, "Jangan terpengaruh dengan lingkungan, tetapi, pengaruhilah lingkungan. Kita harus memiliki kemauan dan kontrol diri yang baik agar bisa memengaruhi lingkungan tempat tinggal." Sejak saat itu, jika tadinya gulita menjadi kawan berjalan, maka saat itu juga, seperti ada yang menawarkan lentera agar tahu jalan mana yang sepatutnya ditempuh. Aku pun mafhum.
Nasihat beliau itu, pada muatan isinya, sebenarnya pernah aku dapatkan sebelumnya. Namun mungkin karena belum memahami seutuhnya, guna dari nasihat indah itu, aku belum mengindahkan. Ada yang pernah mengirim pesan itu dengan kemasan "Jika sekelilingmu gelap gulita, curigailah, jangan-jangan engkaulah pusat cahaya yang akan menyinarinya." Aku mengangguk, mengamini.
Kembali kepada masalah penulisan tesis. Dalam karya Dr. Naim, yakni pada buku Proses Kreatif Penulisan Akademik, aku pernah membaca salah satu ulasan beliau tentang penulisan disertasi. Dalam buku tersebut, beliau menjabarkan ada seorang peraih beasiswa Doktoral di luar negeri, dan sedang merampungkan disertasi. Jika tidak tepat waktu, maka biaya kuliah bisa jadi ditanggung sendiri. Oleh karenanya, beliau pun menerapkan untuk menulis disertasi setiap hari empat lembar. Jika satu hari tidak menulis, maka beliau akan keras mendisiplinkan diri dengan menulis, membadali istilahnya pada waktu esok hari. Namanya berjuang, tentu berpeluh-peluh, berdarah-darah. Banyak catatan beliau yang babak belur dibantai oleh para promotor. Akan tetapi karena kegigihan beliau, beliau pun berhasil rampung dalam masa yang tidak dinyana. Dalam karya Dr. Naim, The Power of Writing, beliau pernah memiliki istilah Keajaiban. Akan ditemui banyak hal-hal ajaib jika mau menerapkan menulis setiap hari.
Dari catatan tersebut, setidaknya aku harus mencoba. Sehari cukuplah minimal dua halaman terlebih dahulu. Semoga, semuanya bisa dimudahkan, dan memberikan keajaiban yang terduga di akhirnya.
Selamat ber-tesis. Semoga diberikan kemudahan dan mampu menawarkan kontribusi yang dipertimbangkan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Blitar, 06 Januari 2019
Tahun lalu, di kelas, Dr. Ngainun Naim,M.HI pernah menyampaikan, "Tahun depan, bulan Desember, setidaknya kalian sudah memiliki naskah proposal yang siap diujikan." Tahun depan dari tahun lalu adalah sekarang. Pertanyaannya, apakah aku sudah memiliki target yang dibidik itu? Baiklah. Biar kujawab sendiri.
Menyelesaikan tulisan akhir studi tidak bisa dikatakan mudah, namun juga tidak sulit. Menilik pengalaman dua tahun yang lalu, ketika aku menulis skripsi, tantangan terbesarku adalah diriku sendiri. Meski dalam segala hal, rival paling mematikan memang diri sendiri, namun saat itu, aku menghadapi situasi yang sebelumnya tidak kuhadapi.
Lingkunganku bukan lagi lingkungan akademis, melainkan lingkungan rumah. Jangan ditanya bagaimana aku mengerjakan skripsi. Memang dari sekian gelombang, aku bisa rampung pada gelombang ketiga. Akan tetapi, dengan terus mengulur waktu, aku tidak bisa merampungkan pada gelombang awal. Adakah rasa sesal karena tidak lulus segera? Tidak. Tetapi yang paling membuat aku menunduk adalah bagaimana buruknya manajemen waktuku kala itu. Seharusnya aku bisa begini, begitu dan sebagainya.
Menoleh dalam penulisan skripsi itu memang cukup membentak diri. Tidak boleh dan bahkan sangat tidak boleh jika aku menjatuhkan diri di lubang yang sama. Jika demikian halnya, apa gunanya aku belajar apabila tidak bisa memetik buah hikmah pun menerapkan dalam realita.
Sedikit flashback, saat itu aku akhirnya memutuskan untuk merampungkan skripsi di kos lagi. Sebab rumah menjadi momok mematikan karena aku belum bisa mengontrol atmosfer lingkungan.
Suatu hari, saat mendekati jadwal ujian sidang, ada sebuah workshop menulis dengan Dr. Naim. Hampir empat tahun menjelajahi IAIN Tulungagung, baru kali itu aku bertatap muka dengan Dr. Naim. Alhamdulillah juga, aku berkesempatan untuk berdialog dengan beliau. Pertanyaan yang aku ajukan adalah "Bagaimana caranya mengontrol diri ketika lingkungan tempat kita berpijak tidak memiliki dukungan dalam berliterasi?" Dengan style beliau, beliau pun menjelaskan bahwa, "Jangan terpengaruh dengan lingkungan, tetapi, pengaruhilah lingkungan. Kita harus memiliki kemauan dan kontrol diri yang baik agar bisa memengaruhi lingkungan tempat tinggal." Sejak saat itu, jika tadinya gulita menjadi kawan berjalan, maka saat itu juga, seperti ada yang menawarkan lentera agar tahu jalan mana yang sepatutnya ditempuh. Aku pun mafhum.
Nasihat beliau itu, pada muatan isinya, sebenarnya pernah aku dapatkan sebelumnya. Namun mungkin karena belum memahami seutuhnya, guna dari nasihat indah itu, aku belum mengindahkan. Ada yang pernah mengirim pesan itu dengan kemasan "Jika sekelilingmu gelap gulita, curigailah, jangan-jangan engkaulah pusat cahaya yang akan menyinarinya." Aku mengangguk, mengamini.
Kembali kepada masalah penulisan tesis. Dalam karya Dr. Naim, yakni pada buku Proses Kreatif Penulisan Akademik, aku pernah membaca salah satu ulasan beliau tentang penulisan disertasi. Dalam buku tersebut, beliau menjabarkan ada seorang peraih beasiswa Doktoral di luar negeri, dan sedang merampungkan disertasi. Jika tidak tepat waktu, maka biaya kuliah bisa jadi ditanggung sendiri. Oleh karenanya, beliau pun menerapkan untuk menulis disertasi setiap hari empat lembar. Jika satu hari tidak menulis, maka beliau akan keras mendisiplinkan diri dengan menulis, membadali istilahnya pada waktu esok hari. Namanya berjuang, tentu berpeluh-peluh, berdarah-darah. Banyak catatan beliau yang babak belur dibantai oleh para promotor. Akan tetapi karena kegigihan beliau, beliau pun berhasil rampung dalam masa yang tidak dinyana. Dalam karya Dr. Naim, The Power of Writing, beliau pernah memiliki istilah Keajaiban. Akan ditemui banyak hal-hal ajaib jika mau menerapkan menulis setiap hari.
Dari catatan tersebut, setidaknya aku harus mencoba. Sehari cukuplah minimal dua halaman terlebih dahulu. Semoga, semuanya bisa dimudahkan, dan memberikan keajaiban yang terduga di akhirnya.
Selamat ber-tesis. Semoga diberikan kemudahan dan mampu menawarkan kontribusi yang dipertimbangkan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Blitar, 06 Januari 2019
Comments
Post a Comment